Gerakan Positive Peace

Oleh Fahmi Suhudi
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta

Dan balasan kejahatan adalah kejahatan yang setimpal. Namun, barangsiapa memaafkan, dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah SWT. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim” (QS. al-Syura:40)

Aliansi Indonesia Damai- Ada ganjaran spesial dari Allah terhadap orang yang membalas kejahatan dengan kebaikan. Ini sangat wajar. Pasalnya tak mudah memaafkan keburukan orang lain, terlebih malah membalasnya dengan kebaikan. Pelajaran lain yang bisa dipetik dari ayat di atas adalah pentingnya membangun perdamaian.

Bila kejahatan yang pernah dilakukan orang lain dibalas dengan kejahatan serupa, maka akan muncul konflik dan kejahatan yang baru. Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan menambah runyam persoalan.

Baca juga Berdamai dalam Krisis

Dewasa ini marak terjadi konflik kekerasan antarsaudara. Hal itu terlihat misalnya dari beberapa negara di Timur Tengah seperti Yaman, Suriah, dan Afghanistan. Konflik terjadi karena di antara pihak-pihak yang bertikai tidak mampu mengaplikasikan pesan inti dari ayat di atas, yakni sikap pemaafan dan berbuat baik. Seandainya masing-masing pihak mau duduk bersama untuk berdialog secara intensif,  niscaya perdamaian di negara-negara tersebut akan terwujud.

Apabila konflik kekerasan terus terjadi, boleh jadi generasi mendatang akan membawa dendam tak berkesudahan. Menyikapi hal ini, Johan Galtung, aktivis perdamaian asal Norwegia, menyerukan gerakan positive peace untuk menciptakan kondisi yang membuat individu/lembaga dan atau komunitas selalu menyuarakan perdamaian. Perdamaian tidak taken for granted, tetapi hasil dari ikhtiar bersama.

Baca juga Mengarifi Dendam

Gerakan positive peace telah dilaksanakan oleh sebagian korban terorisme. Penulis belajar dari penyintas Bom Kuningan 2004, Sudirman Thalib. Kendati dia harus kehilangan salah satu matanya akibat musibah tersebut, Sudirman enggan memendam dendam kepada pelaku. Tak sekadar memaafkan, Sudirman kini berkomitmen menyebarkan perdamaian supaya tak ada lagi orang-orang yang bernasib seperti dirinya.

Pemaafan dan kebaikan yang ditularkan oleh Sudirman menjadi pelita di tengah banyaknya potensi konflik dan permusuhan. Bagi penulis, Sudirman adalah sosok “pemenang” dari peristiwa terorisme yang terjadi 15 tahun silam. Sebagaimana sebuah pepatah Arab mengatakan, المُحْسِنُ عَلَى المُسِيِء اَمِيْر (orang yang berbuat baik kepada orang yang berperilaku buruk adalah pemenang).

Baca juga Memaafkan Menyembuhkan

Kisah Susi Afitriani atau biasa dipanggil Pipit juga sangat menginspirasi. Mahasiswa salah satu universitas swasta di Jakarta itu sedang menunggu angkutan umum di Terminal Kampung Melayu untuk pulang menuju indekosnya. Namun tiba-tiba bom meledak. Dia sempat berada di titik kritis dan merasa bahwa dirinya sedang di ambang kematian. Namun ternyata dia masih diberi kesempatan menjalani hidup dan kesempatan untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Secara fisik Pipit belum sembuh total, namun berhasil menetralkan perasaan trauma yang pernah mengendap dalam pikirannya. Sebagaimana Sudirman, Pipit kini juga berusaha menjadi pribadi yang bisa menebarkan spirit perdamaian kepada orang-orang sekitarnya.

Baca juga Perempuan dan Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *