Semangat Perdamaian dari SMAN 4 Tasikmalaya

Aliansi Indonesia Damai- Sejak pagi puluhan siswa dan beberapa guru meriung di ruang pertemuan SMAN 4 Tasikmalaya, (21/02). Hari itu AIDA menggelar kegiatan Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”  yang menghadirkan dua narasumber, yaitu Iswanto, mantan pelaku ekstremisme, dan I Wayan Sudiana, korban Bom Bali 2002.

Iswanto berbagi cerita tentang pengalamannya pernah bergabung dengan kelompok kekerasan. Iswanto menceritakan, selama bergabung dengan kelompok ekstrem, ia cukup lihai menggunakan senjata api, merakit bom serta strategi dan taktik perang. Namun demikian saat ini ia telah sepenuhnya meninggalkan kelompok kekerasan.

Baca juga Titik Terang Dalam Kegelapan

Iswanto mengatakan bahwa kekerasan dan cara-cara ekstrem tidak akan bisa mengakhiri masalah, justru akan menimbulkan masalah baru. Dahulu ia bersama kawan-kawannya bertindak ekstrem sebagai bentuk pembalasan atas ketidakadilan yang menimpa umat Muslim. Namun ternyata aksi kekerasan yang pernah ia lakukan justru bukan solusi, sebaliknya menimbulkan masalah yang lebih besar.

Sementara I Wayan Sudiana, menuturkan, akibat aksi kekerasan yang menghilangkan lebih dari dua ratus nyawa dan melukai ratusan orang di Pulau Dewata tersebut, Wayan sempat mengalami trauma dan depresi. “Hampir 6 bulan saya mengalami trauma. Saya tidak pernah keluar rumah. Saya takut bertemu banyak orang. Saya sempat berpikir untuk apa lagi saya hidup,” kenangnya.

(Dari Kiri) Iswanto, Mantan Pelaku Ekstremisme, dan I Wayan Sudiana, Korban Bom Bali 2002.

Meski sempat terpuruk lama, Wayan kini mengaku telah ikhlas atas semua peristiwa itu. Ia pun memilih memaafkan mantan pelaku. Dengan memaafkan ia berharap tidak ada lagi kekerasan yang terjadi, terutama di tanah air . Ia pun bergabung dengan tim perdamaian AIDA bekerja sama dengan mantan pelaku terorisme untuk mengampanyekan perdamaian kepada masyarakat luas.

Di antara siswa peserta yang hadir mengaku mendapatkan pesan-pesan ketangguhan dari kisah mantan pelaku dan korbannya, seperti pentingnya saling memaafkan, berdamai dengan keadaan hingga menyadari dampak buruk yang disebabkan oleh aksi terorisme.

“Sebelum mengikuti kegiatan ini saya merasa terorisme itu tidak begitu mengerikan, tetapi setelah mengikuti kegiatan ini, ternyata berdampak sangat luas,” ujar salah seorang siswa.

Baca juga Tiga Pesan Damai Mantan Ekstremis untuk Generasi Muda

Elin Yuliani, selaku kepala sekolah mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, paparan dari narasumber penting bagi para siswa untuk menghindarkan kekerasan dan lebih peduli terhadap perdamaian. “Patut untuk kita syukuri karena tim ini membawa kedamaian di saat kita banyak mengumbar banyak kekerasan,” terangnya.

Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat karakter ketangguhan generasi remaja untuk menghadapi tantangan kehidupan yang semakin hebat. Dari kisah korban dan mantan pelaku, siswa diharapkan mengambil inspirasi pembelajaran tentang ketangguhan itu sendiri, seperti tidak pantang menyerah saat datang musibah dan sikap saat melakukan kesalahan. [MSH]

Baca juga Belajar dari Pertobatan Mantan Pelaku Terorisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *