Ada Kemudahan di Balik Kesulitan

“Allah memberikan ujian tidak di luar batas kemampuan kita. Jika diberikan hal-hal yang rumit, serumit apa pun, jangan pernah berputus asa terhadap apa yang Allah berikan kepada kita meskipun itu bukan yang kita inginkan. Hal itu seperti yang telah dijelaskan oleh Ibu Pipit tadi”

Aliansi Indonesia Damai- Kesan itulah yang disampaikan salah seorang siswa SMA IT Al Faqih, Tasikmalaya, setelah mendengar penuturan korban bom Kampung Melayu, Susi Afitriyani, dalam kegiatan bertema ‘Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh’ yang digelar AIDA beberapa waktu lalu.

AIDA menghadirkan narasumber yang terdiri dari pihak mantan pelaku terorisme dan korbannya. Kedua narasumber membagikan kisah inspiratif tentang ketangguhannya menghadapi lika-liku kehidupan.

Baca juga Pembelajaran dari Penyintas dan Mantan Ekstremis

Susi Afitriyani atau akrab dipanggil Pipit, berbagi kisah perjalanannya melampaui masa-masa pahit usai terkena musibah ledakan bom di Terminal Kampung Melayu Jakarta Timur, Mei 2018. Saat kejadian, Pipit baru saja pulang dari kuliah. Dia mengambil kuliah malam karena pagi-sore harus bekerja. Pipit adalah tulang punggung bagi keluarga setelah ayahnya meninggal dunia.

Malam itu, Pipit sedang melintas di kawasan Terminal Kampung Melayu bersama seorang temannya. Ia hendak membeli tiket pulang kampung ke Kabupaten Brebes sekaligus menunggu angkutan umum. Kawasan terminal malam itu memang sangat ramai karena akan ada karnaval obor menjelang Ramadhan. Pipit tidak menduga ledakan bom akan terjadi.

Baca juga Perdamaian Kebutuhan Dasar

“Saya mendengar suara ledakan yang besar sekali, telinga saya langsung mendenging kencang. Kawan saya sudah tidak ada di samping saya. Semua gelap. Yang ada hanya bau gosong dan kepulan asap,” ungkap Pipit mengenang.

Pipit mencoba menyelamatkan diri, tapi kakinya sudah tidak bisa berjalan karena kram. Bahu dan tangannya robek. Pipit harus menjalani berbagai perawatan dan operasi. Ledakan tersebut mengakibatkan tulang di pangkal lengan kanannya tak lagi berfungsi normal, meskipun kini telah dipasang pen.

Baca juga Melawan Kekerasan dengan Kasih Sayang

Kendati tak dapat pulih sepenuhnya, Pipit tak ingin larut dengan keadaan. Ia tetap bangkit demi ibu dan keluarganya. Ia mencoba untuk terus bersyukur karena merasa lebih baik keadaannya dari korban-korban lain. Ia pun bertekad terus bersemangat menyongsong cita-citanya.

Mendengar kisah Pipit, sejumlah siswa terlihat berkaca-kaca. Usai kegiatan pun, seorang siswa mengaku bisa mengambil pelajaran berharga dari apa yang dikisahkan Pipit. “Saya sangat tersentuh mendengar kisah ibu Pipit di mana beliau tetap tangguh menjalani kehidupannya meski mengalami ujian seperti itu,” pungkasnya. [LADW]

Baca juga Semangat Perdamaian dari SMAN 4 Tasikmalaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *