Kepekaan Sosial Kunci Perdamaian
Oleh Faruq Arjuna Hendroy
Alumni Jurusan Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Maraknya aksi kekerasan dalam segala bentuknya menjadi bukti bahwa ada masalah yang serius dalam interaksi sosial manusia. Tak jarang kekerasan itu awalnya dipicu oleh hal-hal sederhana seperti perbedaan pendapat. Namun lantaran dibiarkan berlarut-larut, hal itu akhirnya tumbuh menjadi konflik dan meluas ke skala yang lebih besar. Ditambah lagi dengan adanya rasa dendam yang menumbuh-suburkan kekerasan, sehingga pihak yang bertikai terjebak dalam siklus kekerasan tiada henti. Kondisi tersebut disebabkan oleh lumpuhnya kepekaan sosial.
Manusia secara alamiah saling membutuhkan satu sama lain. Kepekaan sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari interaksi sosial dalam tatanan masyarakat. Menurut Bender dkk (2012), kepekaan sosial adalah kemampuan personal untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain.
Baca juga Berdamai Sejak Dalam Pikiran
Kepekaan sosial dapat menghindarkan manusia dari konflik, pun meredakan konflik yang sudah kadung terjadi. Ia dapat menumbuhkan rasa empati, tenggang rasa, dan rasa percaya antarumat manusia. Seseorang yang tinggi tingkat kepekaan sosialnya akan lebih sensitif dengan perasaan orang lain. Butuh berpikir seribu kali untuk menyakiti orang lain, karena ikut membayangkan dan merasakan betapa tersiksanya orang yang tersakiti.
Wujud nyata dari kepekaan sosial telah ditunjukkan oleh sejumlah mantan pelaku terorisme. Setelah dipertemukan langsung dengan para korban dan mendengar kisah mereka, perlahan muncul empati dari dalam diri mantan pelaku. Mereka seolah ikut merasakan derita yang dialami korban. Bahkan ada yang ikut menangis mendengar kisahnya, seolah-olah terkoneksi dengan perasaan korban.
Baca juga Gerakan Positive Peace
Padahal, selama bergabung dalam kelompok ekstrem, mereka menutup mata terhadap dampak yang ditimbulkan. Hal yang terlintas di pikiran mereka kala itu hanyalah bagaimana tujuan mereka tercapai, sekalipun harus mengorbankan orang lain. Akan tetapi ketika keegoisan tersebut dapat takluk oleh rasa empati pada korban, maka kepekaan sosial sejatinya masih hidup dalam diri para mantan pelaku. Kepekaan sosial itu mengantarkan mereka menuju pertobatan.
Andai saja dari awal mantan pelaku menyadari tentang kepekaan sosial, tentu tidak perlu sampai ada korban yang berjatuhan. Mereka akan sebisa mungkin menjauhi aksi-aksi kekerasan dalam mencapai tujuan. Pada dasarnya aksi-aksi yang mereka lakukan disebabkan oleh perbedaan sudut pandang. Orang yang memiliki kepekaan sosial akan menyelesaikan perbedaan itu melalui jalan dialog, bukan kekerasan.
Baca juga Berdamai dalam Krisis
Tak hanya mantan pelaku, korban terorisme pun memiliki kepekaan sosial tinggi. Hal itu terlihat ketika mereka memilih untuk tidak membalas dendam. Muncul kesadaran bahwa kekerasan hanya akan menimbulkan penderitaan, seperti yang pernah mereka alami. Di samping itu, korban juga memahami perasaan bersalah yang ditunjukkan oleh mantan pelaku, lalu memilih untuk memaafkan mereka. Kepekaan sosial korban telah membantu memutus siklus kekerasan.
Imbas dari adanya kepekaan sosial adalah terjalinnya kerjasama. Dua pihak yang sudah saling memahami satu sama lain niscaya tidak akan keberatan untuk saling bahu-membahu. Sebab pada diri masing-masing telah tertanam rasa saling percaya. Kerjasama diperlukan agar tidak ada lagi ruang yang tersisa untuk perselisihan. Hanya dengan begitu perdamaian dapat terwujud.
Baca juga Mengarifi Dendam