Berkurban dalam Pengorbanan Corona
Oleh: M. Syafiq Syeirozi
Alumni PP Bahrul Ulum Tambakberas Jombang
Zulhijah adalah bulannya Nabi Ibrahim AS. Pernyataan ini agak hiperbolis. Faktanya, sejumlah kegiatan agung yang dijalankan umat muslim di bulan ini terkait dengan laku Ibrahim AS dan keluarganya sekian ratus tahun silam. Ibadah haji di Makkah dan Madinah serta penyembelihan hewan kurban adalah ritual tahunan khusus Zulhijah.
Sebagian besar rukun dan wajib haji adalah menapaktilasi Ibrahim AS dan keluarganya. Saí, dan melempar jumrah adalah contohnya. Saí (berlari kecil dari bukit Safa-Marwah) mengingatkan manusia bahwa dulu kala, Ibu Hajar, istri Ibrahim AS, pernah berlari-lari di lokasi tersebut demi mencarikan air bagi anaknya, Ismail AS, yang kehausan.
Baca juga Mewaspadai Propaganda Ekstremisme Saat Pandemi
Sementara melempar jumrah adalah peringatan kewaspadaan; jangankan kita manusia biasa, Ibrahim AS yang seorang rasul pilihan Allah pernah digoda oleh iblis saat hendak menjalankan perintah-Nya.
Perintah Tuhan apa yang membuat Iblis berani menggoda Bapak agama-agama samawi itu? Penyembelihan Ismail AS. Bagaimana pun Ibrahim adalah manusia biasa. Adalah fitrah mencintai keluarga. “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak… (QS Ali Imran: 14). Terlebih Ismail adalah anak yang kehadirannya dinantikan puluhan tahun. Namun tanpa dinyana Allah justru mewahyukan untuk menyembelihnya.
Baca juga Nalar Kritis Benteng Ekstremisme
Dialog yang menggetarkan hati terekam dalam QS As Shaffat: 102 “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu! (Ismail) menjawab, Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Namun ternyata pisau yang telah diasah setajam-tajamnya gagal menebas leher Ismail AS. Tentu Allah yang menghendakinya. Perintah itu sekadar ujian keimanan. Didatangkan-Nya binatang ternak untuk disembelih Ibrahim menggantikan Ismail. Pengorbanan nafsu duniawi itu diganjar dengan banyak hal oleh Allah. Dari jalur Ismail, Muhammad SAW lahir dan melanjutkan agama tauhid warisan kakeknya, Ibrahim AS, dan kini menyebar ke seluruh dunia.
Baca juga Tradisi Bermaafan Cikal Perdamaian
Jika peristiwa-peristiwa bersejarah lain yang terkait dengan Ibrahim AS hanya dapat dinapaktilasi di tanah suci Makkah dan Madinah melalui ritual haji dan umrah, maka ibadah kurban (menyembelih binatang ternak) dapat dilakukan umat Islam di seluruh dunia. Pengorbanan kita membelanjakan harta untuk membeli hewan, kemudian menyembelihnya, dan membagikan dagingnya kepada orang-orang yang membutuhkan, tentu jauh dari sebanding dengan pengorbanan Ibrahim AS.
Toh, itu saja tak mudah. Butuh komitmen kuat untuk menyisihkan duit sekira Rp 2-4 juta untuk membeli kambing, atau Rp14-30 juta untuk membeli kerbau/sapi. Laba yang didapatkan dari pengorbanan itu juga kerap tak terlihat secara lahir. Tentu saja karena kurban (makna operatifnya mendekatkan diri kepada Allah) sejatinya tindakan rohaniah.
Baca juga Idulfitri Tak Kenal Pandemi
Terlebih di era pandemi covid-19 yang memukul perekonomian seluruh negara di dunia, hampir tanpa terkecuali. Banyak orang kehilangan pendapatan, karyawan mengalami PHK, perusahaan gulung tikar, dan dampak negatif lainnya.
Pandemi Covid-19 adalah ujian keimanan. Jika tak waspada, orang bisa jatuh pada kekufuran. Bukan yang membatalkan rukun iman dan Islam, tetapi berwujud pengingkaran nikmat dan rahmat Allah selama waktu-waktu sebelumnya. Puncak kekufurannya adalah saat orang bertindak kriminal seperti merampok dan mencuri karena putus asa mencari peluang rezeki. Pada level terendah, saat orang berkemampuan mendaku sebagai miskin demi mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.
Baca juga Kemenangan Sejati Korban Terorisme
Situasi ini mengharuskan pengorbanan banyak pihak demi memutus mata rantai penyebaran virus. Pengusaha harus mengendalikan hasrat mereguk untung besar, sementara karyawan rela dipotong gajinya. Para pedagang ritel dipaksa legawa menghentikan aktivitas bisnisnya. Pengorbanan terbesar telah dilakukan oleh tenaga medis yang berada di garda terdepan melawan virus ini. Banyak bentuk pengorbanan lain demi menjaga kelestarian umat manusia.
Pandemi Covid-19 adalah ujian keimanan. Berbahagialah orang-orang yang berhasil melewatinya, sebagaimana Ibrahim AS lolos dari ujian penyembelihan putranya. Ganjaran indah pengorbanan Ibrahim AS yang melintas batas ruang dan waktu adalah bukti tak terbantahkan; tak ada pengorbanan yang sia-sia.
Semoga pandemi ini segera berlalu. Kelak kita dapat menceritakan pengorbanan ini dengan penuh bijak kepada anak-cucu. Selamat Idul Adha 1441 Hijriah.
Baca juga Memuliakan Rumah Ibadah