23/07/2020

Pendidik Sumber Perdamaian

Menjaga perdamaian merupakan tugas semua orang, termasuk para pendidik. AIDA berupaya memberikan perspektif perdamaian kepada para guru sekolah menengah atas di pelbagai daerah di Indonesia melalui kegiatan “Belajar Bersama Menjadi Guru Damai.” Salah satu daerah yang dikunjungi adalah Bukittinggi Sumatera Barat, beberapa waktu silam. Kegiatan tersebut menghadirkan mantan pelaku ekstremisme kekerasan dan korban terorisme sebagai narasumber.

Yulfahyetti, salah satu peserta, mengaku memeroleh banyak pembelajaran berharga. Menurut dia, pemahaman agama sangat penting untuk menghentikan ekstremisme. Meski ia menyadari agama tidak mengajarkan kekerasan, tetapi cara memahami agama yang keliru bisa membuat orang menjadi ekstremis.

Baca juga Dialog Pelajar Bukittinggi dengan Mantan Ekstremis

“Dalam mempelajari agama (harus) secara penuh, tapi tidak fanatik dan berlebihan karena akan menimbulkan negatif. Memahami agama secara penuh dan tidak setengah-setengah,” ujar guru SMAN 3 Bukittinggi itu.

Ia menilai, guru dan orang tua harus bisa berperan sebagai teman bagi anak-anak, sebab dari penuturan kisah mantan pelaku, faktor pertemanan memberikan pengaruh cukup besar seseorang masuk dalam kelompok ekstremis. Karenanya orang tua dan guru  perlu memerhatikan dengan siapa anak-anak bergaul dan seperti apa pergaulannya.

Baca juga Komitmen Damai Pelajar SMK PGRI Wajak Malang

“Orang tua Bapak Ali Fauzi (mantan pelaku yang menjadi narasumber kegiatan: red) tidak tahu ia berteman dengan siapa dan bagaimana, Maka di sini jangan sampai hubungan anak, orang tua, guru, anggota masyarakat terputus. Jika ada sikap yang berbeda maka segera bisa dikomunikasikan,” katanya.

Yulfa, demikian sapaan akrabnya, juga mendapatkan inspirasi dari cerita korban terorisme. Korban yang mengalami luka berat bisa memaafkan pelakunya. Itu merupakan proses kemanusiaan yang sangat berat. Hal ini menjadikan Yulfa semakin yakin bahwa selalu ada hikmah di balik segala sesuatu yang telah dikehendaki Tuhan, termasuk memberi pelajaran bagi sesama tentang pemaafan yang tulus.

Baca juga Pesan Antikekerasan Pelajar Bukittinggi

Yulfa berpesan agar kegiatan pelatihan guru ini dapat terus dilakukan. Dalam hematnya, 20 orang peserta yang berasal dari 5 sekolah di Bukittinggi masih terlalu sedikit menghadapi masifnya kelompok ekstremis mengampanyekan paham kekerasan.

“Acara ini sangat bagus untuk guru. Berharap bahwa AIDA melakukan acara ini pada guru-guru yang lain, bukan hanya kami saja yang di sini, termasuk untuk anak-anak kita, semua anak-anak SMA kita libatkan. 1 kali per tahun ajaran,” ujarnya memungkasi. [MSH]

Baca juga Berbagi Kisah Pertobatan Mantan Teroris di SMAN 1 Kraksaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *