16/10/2020

Meneladani Kisah Korban Bom Bali

Aliansi Indonesia Damai- Puluhan siswa SMKN 2 Klaten tampak menyimak kisah Ni Luh Erniati, korban Bom Bali 2002 yang menjadi narasumber kegiatan Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan AIDA, Selasa (13/10/2020).

Erni, demikian sapaan akrabnya, membagikan pengalaman pilunya menjadi orang tua tunggal usai suaminya meninggal dunia akibat Bom Bali Oktober 2002 silam. Bukan hanya kehilangan belahan jiwanya, Erni juga harus menerima kenyataan bahwa ia harus membesarkan kedua buah hatinya yang masih belia tanpa sosok ayah.

Baca juga Semangat Damai dalam Perbedaan

Anak pertamanya kala itu berusia 9 tahun dan telah mengerti bahwa ayahnya tiada. Namun ia berubah menjadi sosok pendiam seolah memendam trauma. Sementara anak keduanya yang belum genap 2 tahun menjadi sosok hiperaktif, seakan meminta perhatian terus-menerus. “Mungkin dia merindukan sosok bapak yang bisa diajak bermain-main. Selama itu saya selalu menemani anak-anak saya, berusaha untuk tidak sedih di hadapan anak-anak,” tutur Erni.

Bertahun-tahun Erni harus menyembunyikan kesedihannya. Tak jarang ia menangis di kamar mandi untuk meluapkan kesedihannya. Ia tak ingin anaknya tahu bahwa luka dalam dirinya juga belum sembuh.

Baca juga Motivasi Kebangkitan dari Korban Bom

Kisah Erni memantik respons dan pertanyaan siswa-siswi peserta kegiatan. Beberapa peserta merasa kagum dengan ketangguhan Erni untuk bangkit dari keterpurukan dan berhasil mendidik anak-anaknya tanpa sedikit pun mendendam kepada pelaku pengeboman. Ada juga yang bertanya proses kebangkitan Erni hingga bisa memaafkan pelaku pengeboman dan mengajak anak-anaknya untuk ikut berdamai.

Menjawab pertanyaan itu, Erni mengungkapkan bahwa proses kebangkitannya sangat panjang. Ia dan kedua anaknya mengikuti konseling bersama psikolog. Berbincang dengan konselor mengurangi beban hatinya. Kemudian setiap kali usai mengikuti kegiatan bersama AIDA dan bertemu dengan mantan pelaku terorisme, ia akan menceritakannya pada anak-anak tentang sosok mantan pelaku dan pertobatannya. “Bagaimana kisahnya, semua saya ceritakan. Saya tekankan, kita tidak boleh dendam. Mereka sudah menyatakan minta maaf dan sangat menyesali apa yang mereka udah lakukan,” ucap Erni menjelaskan.

Baca juga Siswa Tasikmalaya Belajar Menjadi Generasi Tangguh

Usai kegiatan seorang siswa mengaku termotivasi dengan kegigihan dan ketangguhan Erni sebagai perempuan yang telah mengalami kejadian sangat pahit, namun tetap kuat, tabah, dan tetap menghargai perbedaan, meskipun yang melakukan penyerangan adalah pemeluk agama yang berbeda.

“Saya sangat bangga bisa mendengar kisah Bu Erni yang bisa memotivasi kita semua untuk kuat dan tidak patah semangat.  Semoga perdamaian tetap bisa kita nikmati dalam Negara Indonesia ini,” ujar siswa tersebut. [LADW]

Baca juga Bersyukur sebagai Terapi Kebangkitan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *