22/09/2020

Bersyukur sebagai Terapi Kebangkitan

Aliansi Indonesia Damai – Kehilangan fungsi organ tubuh alias menjadi disabilitas seumur hidup bukan hal mudah bagi siapa pun. Susi Afitriyani, korban Bom Kampung Melayu tahun 2017, merasakannya. Perempuan yang akrab disapa Pipit itu harus menerima kenyataan bahwa tangan kanannya tak bisa lagi berfungsi normal akibat musibah yang menimpanya tiga tahun silam.

Tulang pangkal lengan kanannya patah. Ia menjalani perawatan berbulan-bulan, namun tak bisa membuat fungsi tangannya kembali seperti sediakala. Tak mudah bagi Pipit untuk menerimanya. Namun perempuan asal Brebes itu tak punya pilihan lain selain terus menjalani hidup untuk menyongsong cita-citanya. Prinsip hidup untuk menolak takluk ia bagikan kepada 47 siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang mengikuti kegiatan Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh,” yang digelar AIDA, Kamis (17/9/2020).

Baca juga Mendukung Kebangkitan Korban Terorisme

Kisah Pipit memantik pertanyaan dari salah seorang peserta kegiatan. Siswi itu meminta Pipit menceritakan proses menghilangkan rasa insecure atau ketidaknyamanan dalam dirinya setelah menjadi korban bom. “Pertama, pastinya bersyukur. Mensyukuri apa yang diberikan Allah kepada kita, masih banyak orang yang kurang beruntung dengan kondisinya,” kata Pipit merespons pertanyaan.

Pipit mengaku  sempat mengalami masa sulit menghilangkan rasa “insecure”. Ia merasa malu tak bisa lagi mengangkat tangannya. Pipit bahkan pernah dihinggapi perasaan kecemasan tak bisa melanjutkan hidup. Ia merasa beruntung, seorang sahabatnya mengajak dirinya bertemu dengan komunitas difabel. Saat itulah Pipit merasa jauh lebih beruntung dari orang-orang yang ia temui.

Baca juga Penyintas Bom Dorong Remaja Jadi Duta Damai

“Seakan-akan Allah memerlihatkan bahwa saya harus bersyukur. Saya harus lihat ke bawah, masih banyak yang kurang beruntung daripada saya. Mereka tak punya kaki tapi tetap semangat. Mereka tak bisa mendengar tapi tetap tersenyum. Mereka tak bisa melihat tapi mereka masih bisa meraba dengan hati mereka. Lalu dari situ saya merasa bahwa Allah masih baik kepada saya. Lalu kenapa saya harus kurang percaya diri?“ ucap Pipit. 

Usai kegiatan, seorang siswa mengungkapkan inspirasi yang ia dapatkan dari kisah Pipit “Kita harus bersyukur dengan apa yang terjadi dan jangan pernah menyerah apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita,” tuturnya. [LADW]

Baca juga Generasi Tangguh Belajar dari Pengalaman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *