10/12/2020

Dialog Mahasiswa UMMI Sukabumi dengan Penyintas Bom

Aliansi Indonesia Damai- Aksi serangan teror bom membuat para korbannya mengalami penderitaan berkepanjangan, baik secara fisik maupun psikis. Namun banyak korban yang kini telah bangkit dari keterpurukan dan berupaya menjalani hidup secara normal.

Hal tersebut memicu pertanyaan dari salah seorang peserta Pengajian Daring Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya, kepada Dwi Siti Romdhoni atau Dwiki, korban Bom Thamrin 2016, yang hadir sebagai salah satu narasumber. “Apa motivasi Mbak Dwiki bisa bangkit dari keterpurukan? Apakah tidak ada rasa dendam dan marah kepada para pelaku?” ujarnya.

Baca juga Jihad untuk Perdamaian

Dwiki mengaku sempat dihinggapi perasaan marah, benci, dan dendam terhadap para pelaku terorisme. Ia tak sendiri. Beberapa rekannya sesama korban bom bahkan hingga kini masih belum kuat jika menyaksikan pemberitaan tentang peristiwa terorisme.

Namun seiring waktu, Dwiki menyadari bahwa emosi-emosi negatif itu justru membuat hidupnya tidak tenang, tertekan, dan merasa penuh beban. Padahal pada saat bersamaan ia harus rutin menjalani serangkaian terapi, baik secara fisik maupun psikis. “Apa yang dulu saya simpan justru membuat saya tidak bisa fokus dengan hidup saya, dengan apa yang saya lakukan, apa yang saya tuju,“ katanya.

Baca juga Menolong yang Zalim dan Terzalimi

Dwiki memilih untuk memaafkan para pelaku terorisme. Toh benci dan dendam yang dipupuk tidak akan mengembalikan kondisinya seperti semula. Terlebih jika dia sakit terlalu lama, maka keluarganya juga akan menanggung dampak. Sebab dirinya adalah tulang punggung keluarga.

“Saya kalau sakit, bagaimana kondisi ibu saya. Dengan adanya saya kekurangan, tetapi saya masih bisa memberikan yang terbaik. Saya membuktikan masih bisa berkarya, bukan orang yang lemah dan ketergantungan,” katanya tegas.

Kegiatan ini digelar AIDA pada Rabu (02/12/2020). Mayoritas peserta adalah civitas academica Universitas Muhammadiyah (UMMI) Sukabumi. Selain Dwiki, narasumber yang dihadirkan adalah mantan narapidana terorisme, Kurnia Widodo, dan penulis buku La Tay’as, Hasibullah Satrawi. [FS]

Baca juga Generasi Milenial Duta Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *