11/12/2020

Pendidikan yang Saling Menyalehkan

Pendidikan adalah fondasi utama pembangunan bangsa. Pendidikan karakter akan membuat fondasi tersebut menjadi tangguh dari segala bentuk usaha yang merusak dan menghancurkan bangsa. Karena itu dibutuhkan kegiatan pembelajaran yang memberikan penguatan pada karakter anak didik di seluruh jenjang pendidikan. Pendidikan karakter itu terasa lebih urgen di tengah cobaan Pandemi Covid-19.

AIDA telah melaksanakan beberapa kegiatan Dialog Interaktif Virtual: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh yang diikuti oleh ribuan siswa SMA/SMK/MA dari beberapa kota di Jawa dan Sumatra. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk dialog secara daring, antara siswa dengan Tim Perdamaian. Tim terdiri atas mantan pelaku ekstremisme kekerasan dan korbannya. Mereka sudah saling memaafkan, melakukan rekonsiliasi, dan berkomitmen untuk menyuarakan perdamaian di Indonesia.

Baca juga Guru sebagai Penggerak Perdamaian

Pengalaman mantan pelaku yang pernah terpengaruh oleh paham ekstrem, bahkan melakukan aksi kekerasan, dan korban terorisme yang terdampak langsung oleh aksi kekerasan, sangat berkesan dan memberikan pelajaran yang nyata kepada siswa. Seorang siswa dari Bandung misalnya. Ia merasa bersyukur bisa mendengarkan kisah mantan pelaku terorisme, sehingga mengharapkan generasi muda lebih ‘melek’ mengenai hal ini dan tidak terjerumus dalam tindakan ekstremisme.

Siswa lain mendapatkan pelajaran tentang pentingnya menjadi sosok pemaaf. Apa pun musibah yang didapatkan dari orang lain, apa pun kejahatan yang kita terima dari orang lain, kunci awal untuk mencapai perdamaian adalah dengan memaafkan pelaku dan berdamai dengan diri sendiri. Banyak lagi pembelajaran lain yang didapatkan siswa.

Baca juga Guru dan Pendidikan Karakter

Dari berbagai dialog dan respons siswa tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bagi pembangunan karakter bangsa ini:

Pertama, pentingnya segenap bangsa untuk bangkit dari segala bentuk kemunduran dan keterpurukan. Semua komponen bangsa harus saling bersatu, bersama bahu membahu untuk memperbaiki segala kekurangan di semua sektor kehidupan. Tidak perlu lagi saling ‘menyalahkan’, melainkan saling ‘menyalehkan’ (membuat lebih baik/saleh) satu sama lain. Hal ini menjadi lebih mendesak di tengah Covid-19 yang berdampak pada hampir seluruh aspek kehidupan.

Kedua, pentingnya segenap komponen bangsa untuk saling memaafkan, tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, atau tidak melakukan suatu tindakan yang tidak adil dan melanggar hukum dengan alasan membela saudaranya yang ditindas atau dizalimi. Sebab pada akhirnya, semua bentuk kekerasan dan ketidakadilan hanya akan merugikan bangsa ini.

Baca juga Sumpah Pemuda: Menyongsong Indonesia Emas

Ketiga, kepada para pihak yang berwenang, diharapkan dapat mengelola permasalahan bangsa ini secara inovatif, kreatif, dan edukatif agar permasalahan kebencian, kekerasan, dan ekstremisme tidak berkembang menjadi “bola liar” yang mengancam keutuhan bangsa.

Bangsa ini harus kembali dikuatkan dengan pendidikan dan karakter di atas. Semoga para siswa dan warga bangsa lainnya dapat terus belajar dari ketangguhan korban dan mantan pelaku. Agar ke depan, orang-orang akan lebih ‘saling menyalehkan’. Supaya harkat dan martabat bangsa ini semakin baik.

Baca juga Agen Sosialisasi Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *