15/12/2020

Dialog Mahasiswa UIN Padang dengan Mantan Ekstremis

Aliansi Indonesia Damai- Kurnia Widodo, mantan aktivis kelompok ektremisme kekerasan, dihadirkan sebagai narasumber dalam pengajian daring “Generasi Milenial dan Pembangunan Perdamaian” yang digelar AIDA, Sabtu (5/12/2020). Kegiatan diikuti 204 peserta yang mayoritas mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang.

Kurnia membagikan kisah perjalanannya bergabung dengan kelompok ekstremisme kekerasan hingga akhirnya menempuh jalan perdamaian. Bergabung sejak duduk di bangku SMA di Lampung, pemahamannya kian menguat kala melanjutkan kuliah di Bandung. Ia rajin mengikuti kajian yang digelar oleh kelompoknya.

Baca juga Dialog Mahasiswa UIN Padang dengan Penyintas Bom

Lebih jauh ia bahkan melakukan pelatihan militer dan merakit bom sebagai bentuk persiapan jihad. Akibatnya, ia ditangkap polisi dan harus menjalani hukuman penjara di Lapas Cipinang selama beberapa tahun.

Selama menjalani hukuman, Kurnia terus membuka ruang dialog dengan banyak pihak, baik dengan petugas Lapas maupun ustaz-ustaz di luar kelompoknya. Melalui proses itu secara perlahan Kurnia melakukan refleksi dan memutuskan bertobat. Ia bertekad keluar dari kelompoknya dahulu.

Kurnia juga dipertemukan dan berdialog dengan sejumlah korban aksi terorisme. Dialog itu semakin menguatkan komitmennya. Bahkan kini Kurnia bergabung dalam Tim Perdamaian AIDA  untuk mengampanyekan perdamaian bersama dengan korban bom.

Baca juga Muslim Milenial dalam Pembangunan Perdamaian

Beberapa pertanyaan muncul dari peserta. Salah satunya tentang perasaan Kurnia saat masih berada dalam kelompok esktrem. “Saya ketika masuk itu merasa sombong, merasa paling benar bahwa kelompok kita adalah kelompok yang dijanjikan surga,” ujarnya merespons.

Pertanyaan lain dari peserta adalah tentang langkah yang dilakukan Kurnia untuk menghilangkan stigma buruk dari masyarakat setelah bebas dari Lapas. Kurnia mengaku bersyukur ditangkap saat di luar rumah, sehingga tidak banyak orang yang tahu bahwa ia terlibat dalam kelompok ekstrem.

Baca juga Jihad untuk Perdamaian

Meski demikian Kurnia tetap berusaha membebaskan diri dari stigma negatif yang melekat pada dirinya. Salah satunya adalah dengan melakukan hal yang bertolak belakang dengan kiprahnya di dunia ekstremisme pada masa lalu.

“Saya tidak lagi berhubungan dengan teman-teman yang masih ada di dalam jaringan tersebut. Saya juga mendirikan sebuah yayasan, Lingkar Perdamaian Bandung. Komunitas baru yang menampung teman-teman yang baru keluar (tahanan) dan kembali pada NKRI,”  ujarnya. [LADW]

Baca juga Generasi Milenial Duta Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *