Korban Bom Kuningan Berharap Teroris Insaf
Aliansi Indonesia Damai- Meski dengan suara terbata-bata karena saluran pernafasannya harus disokong selang oksigen, Asep Wahyudi, korban Bom Kuningan 2004 mampu berbagi kisahnya dalam kegiatan “Webinar Penguatan Perspektif Korban Terorisme Bagi Petugas Pemasyarakatan.” Kegiatan diselenggarakan oleh AIDA bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham, Kamis (14/01/2020).
Asep mengalami musibah yang membuatnya menjadi difabel saat berjaga di depan kantor Kedubes Australia di Jakarta. Pagi itu, 9 September 2004, Asep sedang menunaikan tugas sebagai anggota Direktorat Pengamanan Obyek Vital (Pam Obvit) Polda Metro Jaya. Tanpa dinyana bom meledak tak jauh dari posisinya berjaga.
Baca juga Harapan Korban pada Petugas Lapas
Akibatnya dia menderita cedera yang sangat parah. Hampir 9 bulan ia mengalami koma saat menjalani perawatan intensif di Singapura. “Dua tahun saya memulihkan daya ingat. Saya tidak tahu saya polisi. Kirain saya sekolah lagi,” ujarnya.
Bukan hanya itu, telinga dan mata Asep pun tidak lagi bisa berfungsi normal. Hanya satu mata dan satu telinga yang bisa berfungsi dengan cukup baik. Kaki Asep pun mengalami cedera. Ia tak lagi bisa berjalan jauh. Saraf di beberapa tubuhnya mengalami kerusakan. Dua kali Asep mencoba membangun rumah tangga, namun semuanya harus berakhir dengan perceraian karena pihak perempuan meninggalkannya.
“Untuk para teroris, insaf lah. Inilah saya sebagai korban yang mengalami cacat seumur hidup. Menderita seumur hidup. Karir saya juga tersendat sekarang,” katanya.
Baca juga Direktur Pemasyarakatan Dorong Penguatan Kapasitas Petugas Lapas
Kakak Asep, Teti, yang mendampingi Asep dalam kegiatan itu juga menitipkan pesan perdamaian. “Mohon untuk stop kekerasan. Saya ingin damai. Tidak ada lagi teror karena itu hanya akan menciptakan kesedihan bagi orang lain. Umat muslim tidak ada yang mengajarkan kekerasan,” ujar Teti sambil terisak.
Kegiatan ini diikuti oleh 22 orang petugas pemasyarakatan. Para peserta menyimak kisah Asep dengan hikmat. Beberapa di antaranya tampak meneteskan air mata. Kasubdit Kepribadian Direktorat Binapi Latkerpro, Zainal Arifin, berharap kisah Asep dapat menjadi inspirasi bagi petugas pemasyarakatan dalam membina WBP terorisme.
“Mudah-mudahan yang disampaikan Kang Asep bisa disebarluaskan, terutama di kalangan pemasyarakatan. Akan kami sampaikan ke warga binaan, terutama kasus terorisme, untuk mendengar kisah Kang Asep,” ucapnya. [LADW]
Baca juga Dirjen Pemasyarakatan: Sinergi Korban, Pamong, dan Mantan Napiter