20/04/2021

Mengenalkan Perspektif Korban kepada Mahasiswa

Aliansi Indonesia Damai- Perspektif korban dalam isu terorisme masih cenderung diabaikan. Padahal korban adalah pihak yang terdampak langsung dan paling dirugikan akibat aksi-aksi terorisme. Karena itu, pengarusutamaan korban harus lebih banyak dimunculkan, terutama dalam narasi-narasi pembangunan perdamaian.

Demikian pesan yang disampaikan alumni pelatihan AIDA, Ulfatul Kholidah, saat menjadi narasumber dalam acara Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya, Selasa (13/4/2021). Acara tersebut digelar secara daring oleh AIDA bekerja sama dengan Dewan Eksekutif Mahasiswa IAIN Purwokerto. Di hadapan ratusan mahasiswa yang hadir, Ulfah, demikian sapaan akrabnya, mengajak mahasiswa untuk mempelajari perspektif korban dalam terorisme.

Baca juga Belajar dari Kehidupan Korban Kekerasan

Ia menceritakan pertemuannya dengan korban secara virtual sekaligus mendengar langsung kisah-kisahnya. Perspektif korban dinilai sangat penting, terutama dalam rangka mengupayakan terwujudnya perdamaian di Indonesia. “Seluruh kegiatan tersebut membawa pemahaman bahwa perspektif korban itu sangat penting, apalagi jarang sekali diangkat oleh media massa,” tuturnya.

Selama ini kampanye perdamaian dan upaya-upaya kontrakekerasan acapkali mengabaikan perspektif korban. Padahal dalam hematnya, korban adalah cerminan dari bahaya aksi kekerasan. Sebagian dari mereka harus menjadi disabilitas, sebagian lainnya harus kehilangan orang-orang terkasih. Dengan mendengar dan menyaksikan langsung kisah para korban diharapkan tidak ada lagi orang yang menjadi pelaku sekaligus menjadi korbannya.

Baca juga Membangun Perdamaian di Universitas Peradaban Bumiayu

Mahasiswi yang aktif di Lembaga Pers Mahasiswa itu mengaku terinspirasi dari kisah kehidupan korban. Sebagian dari mereka mampu bangkit dari luka fisik maupun fisik, bahkan sebagian yang lain telah memaafkan perbuatan pelakunya. “Mereka tidak menyerah, bangkit, dan memaafkan agar tidak ada dendam dan kekerasan. Para korban juga menyampaikan pesan perdamaian agar tidak ada lagi aksi kekerasan yang menimbulkan banyak korban,” ungkapnya.

Ulfah juga merasa beruntung dapat bertemu dan mendengar kisah hidup mantan pelaku terorisme. Kisah mereka memberikan rambu-rambu bagi generasi muda agar tidak mudah terpengaruh paham ekstrem dan terjebak dalam pemahaman dan perbuatannya. “Saya jadi tahu bagaimana mereka bergabung dengan kelompok teroris dan apa yang membuat mereka bergabung ke dalamnya,” katanya.

Baca juga Dialog Mahasiswa IIQ Yogyakarta dengan Penyintas Terorisme

Di akhir paparannya, Ulfah berharap kisah korban dan mantan pelaku yang insaf dapat menjadi pembelajaran bersama. Kisah-kisah kedua belah pihak dapat menjadi narasi untuk menyebarluaskan perdamaian bagi generasi muda. Tak lupa ia berpesan agar terus berperan aktif dalam menjaga dan mewujudkan perdamaian di Indonesia. [AH]

Baca juga Generasi Intelektual Duta Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *