13/06/2021

Menyelesaikan Krisis Menghindari Ekstremisme

Aliansi Indonesia Damai – Bekerja sama dengan Bidang Kemahasiswaan Institut Teknologi Telkom (ITT) Purwokerto, AIDA mengadakan Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya, pada akhir Mei lalu. Kegiatan diikuti oleh lebih dari 150 orang mahasiswa.

Selain menghadirkan penulis buku, Hasibullah Satrawi, kegiatan ini juga dihadiri ahli jaringan terorisme, Solahudin, dan mantan narapidana terorisme, Mukhtar Khairi. Dalam sesi diskusi, sejumlah mahasiswa mengungkapkan keingintahuan tentang alasan mendasar seseorang masuk dan terlibat dalam jaringan kelompok ekstrem.

Baca juga Meluruskan Nalar Konspiratif Terorisme

Menanggapi pertanyaan tersebut, Solahudin menjelaskan bahwa faktor pendorong individu bergabung dalam kelompok ekstremisme tidaklah tunggal dan tidak sama pada setiap orang. Namun dari hasil kajiannya, umumnya orang tertarik pada ekstremisme kekerasan diawali situasi krisis.

“Krisis bisa macam-macam. Ada krisis keluarga, krisis ekonomi. Bisa kemudian krisis terkait dengan hubungan, misalkan cerai atau putus pacaran,” tutur Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu.

Baca juga Dialog Mahasiswa ITT Purwokerto dengan Penyintas Bom Kuningan

Situasi krisis ini dapat menjadi pemantik, tetapi tergantung bagaimana seseorang menyelesaikan krisis yang menderanya. Selain mencari solusi dengan cara-cara rasional, beberapa orang memilih untuk menyelesaikannya dengan cara religius.

Solahudin mencontohkan apa yang dialami oleh Mukhtar Khairi, mantan pelaku terorisme yang telah bertobat dan kini aktif menyuarakan perdamaian. Mukhtar awalnya mengalami krisis ketika merasa ditinggalkan oleh keluarganya. Ia lantas mencoba menghadapi situasi itu dengan mengikuti pengajian atas ajakan kakaknya yang telah lebih dulu bergabung. “Persoalan kemudian muncul ketika kajian yang diikuti mengarah pada praktik-praktik yang menjurus pada ideologi ekstrem,” katanya.

Baca juga Warek ITT Purwokerto Ajak Mahasiswa Lestarikan Perdamaian

Sementara Hasibullah Satrawi mengimbau mahasiswa agar berhati-hati dalam menghadapi situasi krisis kedirian maupun sosial politik. Pasalnya kelompok ekstrem sering menjadikan mahasiswa sebagai target dengan melihat semangat juang serta keinginan mahasiswa untuk menjadi agen perubahan. “Semangat mahasiswa rawan menjadi celah untuk disusupi oleh kelompok jihadis,” ujarnya.

Dalam hemat Hasibullah, mahasiswa memiliki kepedulian tinggi terhadap ketidakadilan yang dirasakan oleh umat. Namun jangan sampai situasi ini justru membuka peluang bagi kelompok ekstrem untuk masuk dan menyebarkan ideologi yang keliru. “Semangat mahasiswa untuk mengembangkan nilai-nilai positif, peduli kepada kaum tertindas, peduli kepada masyarakat, sama dengan semangat teroris yang peduli kepada umat,” ucapnya.

Namun Hasib menegaskan, meskipun ekstremisme didorong semangat memperbaiki situasi sosial politik dan berniat untuk kebaikan umat, mahasiswa harus paham bahwa praktik-praktik kekerasan tidak bisa dibenarkan. [WTR]

Baca juga Mencegah Pemuda Terpapar Paham Ekstrem

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *