28/07/2021

Petugas Lapas Garda Terdepan Pembinaan Napiter

Aliansi Indonesia Damai – Sebagai kejahatan luar biasa, diperlukan pembinaan khusus bagi para narapidana terorisme (Napiter). Salah satu pendekatan populer dalam bidang rehabilitasi adalah metode “heart, hand, dan head”. Kemampuan dalam pembinaan ini harus dimiliki oleh pamong napiter sebagai garda terdepan pembinaan.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif AIDA, Riri Khariroh, dalam sambutan penutupan Pelatihan Penguatan Perspektif Korban Terorisme Bagi Petugas Pemasyarakatan secara Daring, yang digelar AIDA bekerjasama dengan Ditjen Pas Kemenkumham, pada Kamis (15/07/2021).

Baca juga Dialog Mantan Napiter dengan Petugas Lapas

Menurut Riri, pendekatan rehabilitasi yang dilakukan kepada para narapidana terorisme bisa cukup efektif dengan pendekatan “heart” yaitu pendekatan dari hati ke hati, dengan “hand” seperti mengulurkan tangan memberikan bantuan” serta “head” yang berkaitan dengan ideologi. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat mengikis paham ekstremisme yang dianut para narapidana terorisme secara perlahan.

“Peran pamong ada dalam 3 posisi ini. Pertama, winning the heart, membangun kepercayaan, menyentuh hati mereka. Tetapi juga berperan sebagai “hand” yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan napiter, baik terkait kunjungan keluarga atau hal-hal lain. Lalu “head” di mana pamong berperan dalam proses meluluhkan ideologi mereka agar kembali ke NKRI,” kata Riri.

Baca juga Membina Napiter dengan Narasi Korban

Riri juga menyampaikan apresiasinya kepada para pamong yang selama ini sudah berusaha keras membina napiter. “Para pamong sebagai garda terdepan di dalam proses menyalehkan para napiter, berkesempatan melakukan 3 pendekatan hati, tangan dan kepala. Posisi ini adalah posisi yang tidak semua orang miliki. Posisi yang mulia, baik untuk bapak ibu sendiri, dan kebangsaan, saya menghargai dengan setinggi-tingginya kepada Bapak/Ibu sekalian,” ujarnya.

Sejalan dengan Riri, Melyana, Kasi Pembinaan Mental dan Disiplin Direktorat Jenderal Pemasyarakatan juga mengimbau para pamong agar melakukan pendekatan “heart”. Dalam menangani napiter, bukan dengan kekerasan tapi mencoba mundur ke belakang untuk mengambil hati mereka, bukan mengalah tapi memberi mereka ruang bahwa kita peduli untuk mereka, ada untuk mereka. “Selamat berjuang, selamat bekerja dengan hati, iman, Islam, dan ketaqwaan kepada Tuhan YME,” kata Melyana saat menutup kegiatan. [LADW]

Baca juga Dialog Petugas Lapas dengan Penyintas Terorisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *