Membangun Perdamaian bersama Generasi Muda
Aliansi Indonesia Damai- Tanpa perdamaian, cita-cita bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang aman, sejahtera, dan sentosa tidak mungkin tercapai. Tugas membangun perdamaian bukan hanya tugas mantan pelaku terorisme dan korbannya, melainkan harus diperjuangkan bersama-sama, termasuk oleh generasi muda.
Demikian pesan yang disampaikan Direktur Eksekutif AIDA, Riri Khariroh, saat memberikan sambutan pada acara “Dialog Interaktif Virtual: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 16 Bandar Lampung, Senin (24/1/2022). Di hadapan puluhan siswa pilihan yang mengikuti kegiatan, Riri menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam upaya pembangunan perdamaian di Indonesia.
Baca juga Dialog Mantan Napiter dengan Siswa SMAN 5 Bandar Lampung
Ia menuturkan, selama sembilan tahun terakhir AIDA menggelar kampanye perdamaian di berbagai sekolah di Indonesia. Bersama mantan pelaku terorisme dan korbannya, generasi muda diajak untuk turut terlibat aktif dalam memerjuangkan perdamaian.
“Kami mengajak generasi muda untuk mengambil pembelajaran dari kisah para korban dan mantan pelaku. Para korban mampu bangkit dan pelakunya bertransformasi menjadi penebar damai,” tuturnya.
Baca juga Membentuk Generasi Damai melalui Pendidikan Karakter
Kisah-kisah pertobatan mantan pelaku terorisme dan ketangguhan korbannya diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk menegakkan perdamaian dan menguatkan kesadaran mereka untuk menjaga lingkungannya dari aksi-aksi kekerasan.
Menurut Riri, membangun perdamaian adalah keniscayaan bagi negeri ini, sebab Indonesia dikaruniai Allah sebagai bangsa yang sangat majemuk, baik secara etnis, agama, suku, dan bahasa. Selain itu juga memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar. Bila keberagaman itu tidak dirawat dan dijaga bersama, maka potensi konflik dan perpecahan akan mudah terjadi.
Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Bandar Lampung (Bag. 1)
“Di dunia ini tidak ada yang aman dari konflik. Tetapi konflik bisa dihindari dan harus kita kelola. Menyelesaikan konflik secara dialogis dan damai itulah yang harus diperjuangkan bersama,” katanya tegas.
Dalam hemat Riri, membangun perdamaian juga sebagai upaya mewujudkan cita-cita generasi muda. Cita-cita mereka tidak akan tercapai kalau negara ini tercabik-cabik, penuh kekerasan, dan konflik. Ia mencontohkan konflik berkepanjangan yang terjadi di banyak negara Timur Tengah. Akibat konflik, anak-anak turut menjadi korban dan tak dapat melanjutkan pendidikannya.
Baca juga Keteladanan Penyintas bagi Generasi Muda Lampung
“Kita bisa melihat konflik di negara-negara Timur Tengah, di Afghanistan, Pakistan, Irak, Suriah dan sebagainya. Begitu panas sekali konflik dan peperangan di sana. Anak-anak selalu menjadi korban. Mereka tidak bisa sekolah, tidak bisa menggapai cita-cita, bahkan banyak yang harus lari mencari suaka ke negara-negara lain. Ini tidak boleh terjadi di Indonesia,” ujarnya.
Riri berharap, kegiatan ini dapat menguatkan ketangguhan generasi muda dari ajakan-ajakan yang mengarah pada kekerasan, terutama narasi kekerasan yang banyak bertebaran di jagat maya. “Di era media sosial, banyak sekali hal-hal positif yang bisa kita dapatkan, tapi banyak juga hal-hal negatifnya. Banyak kelompok yang ingin merusak perdamaian dan menjerumuskan generasi muda ke aksi-aksi kekerasan lewat media sosial,” katanya. [AH]
Baca juga Dialog Siswa MAN 1 Bandar Lampung dengan Mantan Ekstremis