13/05/2022

Psikologi Memaafkan (bag. 1)

Aliansi Indonesia Damai- Manusia adalah makhluk sosial. Dikatakan demikian karena manusia saling membutuhkan satu sama lainnya agar dapat tercipta kelangsungan hidup yang baik. Namun terkadang dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, kita mengalami situasi yang kurang baik bahkan menyakitkan. Butuh memaafkan dengan tulus kepada orang lain agar hubungan kembali harmonis. Masalahnya memaafkan adalah proses yang tidak instan. Terkadang butuh waktu, kerja keras, dan latihan mental untuk memberikan maaf yang tulus.

Ketidakmampuan memaafkan dengan tulus terkadang menjadi masalah di kemudian hari. Misalnya beberapa aksi kekerasan dan tindakan ekstrem yang dilakukan seseorang akibat dendam  dan kekecewaan masa lalu yang tidak termaafkan dengan tulus. Temuan beberapa ahli Psikologi Positif menyebutkan, balas dendam kerapkali tidak selalu berakhir baik. Pelaku tidak merasa lebih baik setelah membalaskan dendamnya. Justru berdamai dengan orang yang pernah berperkara dan memberikan maaf membuat seseorang menjadi lebih sejahtera secara psikologis.

Baca juga Fondasi dan Keutamaan Memaafkan (Bag.1)

Selain memberikan maaf, hal yang penting juga adalah kesungguhan memohon maaf. Beberapa orang akan kesulitan memaafkan orang lain jika tanpa permintaan maaf.  Atau bisa jadi sudah meminta maaf, namun tidak ada upaya nyata untuk memperbaiki bahkan mengulangi kesalahan yang sudah dilakukan. Kesungguhan meminta maaf sama pentingnya dengan memohon maaf.

Beberapa penelitian menemukan bahwa meminta maaf sangat efektif dalam mengatasi konflik interpersonal. Karena permintaan maaf merupakan pernyataan tanggung jawab tidak bersyarat atas kesalahan, sekaligus komitmen untuk memperbaikinya. Beberapa ahli juga menyebutkan bahwa memaafkan merupakan bagian dan kemampuan seseorang melakukan komunikasi interpersonal dan kematangan secara emosional.

Memaafkan sebagai obat luka batin

Memaafkan tidak berarti menyatakan bahwa rasa sakit tidak penting atau apa yang dikatakan/dilakukan orang lain yang menyakiti kita layak dibenarkan. Bukan berarti pula melupakan apa yang telah terjadi berarti melepaskan tanggung jawab orang lain yang melukai untuk meminta maaf. Memaafkan berarti berdamai dengan luka dan rasa sakit masa lalu. Itu berarti memilih untuk melanjutkan kehidupan tanpa beban.

Baca juga Fondasi dan Keutamaan Memaafkan (Bag. Terakhir)

Memaafkan (forgiveness) dalam pandangan Psikologi Positif merupakan salah satu metode self healing, yaitu proses pemulihan diri dari luka batin dan pengalaman tidak menyenangkan yang mengganggu psikologi. Memaafkan dan self healing memiliki ikatan emosional dan fisik dalam diri seseorang. Penelitian menunjukkan, memaafkan mendorong penurunan kecemasan dan depresi dan meningkatkan kemampuan untuk membangun hubungan yang lebih baik.

Dapat disimpulkan, self healing ternyata dapat dilakukan dengan cara memaafkan diri sendiri. Dalam konteks penyintas terorisme, perkataan memaafkan bukan untuk kebaikan mantan pelaku terorisme, tetapi sejatinya untuk mengobati luka hati sendiri. Bagi penulis, ini terdengar lebih masuk akal. (bersambung)

Baca juga Support System Melewati Derita (Bag. 1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *