Membekali Pelajar dengan Karakter Ketangguhan
Aliansi Indonesia Damai- AIDA menggelar safari perdamaian di sejumlah sekolah tingkat menengah atas di Malang, Jawa Timur, serta Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Tiap sekolah yang dikunjungi menyambut baik kegiatan bertajuk “Diskusi Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” itu.
Kepala SMKN 2 Turen, Malang, Imam, mengungkapkan usia remaja adalah masa di mana orang harus menyiapkan diri dengan segala jenis perbekalan hidup. Bekal paling utama tentu saja ilmu pengetahuan dan moral. Dalam konteks itu, kegiatan AIDA sangat penting sebagai upaya memahamkan generasi remaja tentang fenomena kekerasan.
Baca juga Kesepahaman untuk Perdamaian
“Bisa lihat sendiri di televisi. Banyak teroris yang ditangkap. Akan tetapi tidak bisa diselesaikan dengan cara seperti itu saja. Namun harus dilawan dengan teori yang sesuai untuk melawan paham mereka,” katanya saat memberikan sambutan kegiatan di sekolah yang dipimpinnya.
Senada dengan Imam, fasilitator utama kegiatan di Malang, Muhammad Najib, mengajak generasi remaja untuk banyak membaca, berpikir terbuka, dan tidak hanya menyerap informasi dari satu orang atau satu guru saja.
Baca juga Menolong Korban dan Mantan Pelaku Terorisme
Sementara menurut Kepala MAN 2 Kota Cirebon, Muhaidin, kegiatan yang dilaksanakan AIDA merupakan wujud implementasi dari pembukaan UUD 1945 bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
“Pada dasarnya penjajah itu bukan hanya bangsa kolonial seperti dulu, namun setiap yang merusak itu adalah penjajah. Munculnya bisa di mana saja, kapan saja, mungkin bisa dari dalam ataupun dari luar. Oleh karena itu kita akan belajar supaya tidak seperti itu, supaya tidak terjadi kerusakan,” katanya.
Baca juga Menjaga Perdamaian di Cirebon
Dalam kegiatan tersebut, AIDA menghadirkan kisah-kisah perjuangan hidup penyintas bom terorisme di Indonesia dan proses pertobatan mantan pelaku terorisme. Penyintas bom pernah mengalami masa-masa yang sangat berat, tetapi kini telah bangkit untuk menjalani kehidupan secara normal.
Sementara mantan pelaku terorisme berkisah tentang keterlibatannya dalam jaringan ekstremisme kekerasan hingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kelompok dan paham kekerasan secara total.
Salah satu siswi peserta kegiatan di SMAN 1 Sliyeg, Indramayu, mengungkapkan pembelajaran yang didapatkannya. “Setiap orang itu harus bisa memaafkan, meskipun masalahnya banyak. Karena jika kita tidak memaafkan, urusan itu tidak akan cepat selesai,” tuturnya. [FKR]
Baca juga Suara Damai Generasi Tangguh Indramayu