16/12/2022

Disonansi Memicu Koreksi (Bag. 3 Selesai)

Muhasabah

Fulan, mantan pelaku ekstremisme kekerasan mengalami perubahan karena faktor self correction atau self deradicalization melalui buku-buku bacaan. Puncaknya, semua hal yang Fulan baca terkonfirmasi oleh perjumpaannya dengan sejumlah penyintas aksi terorisme. Ideologinya runtuh usai menyimak langsung kisah mereka.

Aksi jihadnya yang diniatkan untuk membalas kezaliman negara-negara Barat terhadap umat Islam, ternyata justru menzalimi orang-orang tak bersalah, bahkan sesama muslim. Jihadnya ternyata jahat.

Baca juga Disonansi Memicu Koreksi Bag. 1

Perubahan dalam diri Fulan merupakan bentuk self-correction, yang dalam psikologi diartikan sebagai bentuk kesadaran individu atas kesalahannya di masa lalu dan langsung menyesuaikan diri untuk mengetahui dan memperbaiki semua aspek kepribadian yang buruk agar dapat diterima secara sosial.

Self-correction yang baik bergantung pada respons kita terhadap hal baru yang diterima. Apakah kita berubah pikiran atau berusaha keras mengelak dari kesalahan yang telah dilakukan?  Perlu keterbukaan terhadap bukti, argumen, dan pandangan yang berseberangan dengan yang kita miliki agar seseorang bisa melakukan self-correction.

Baca juga Disonansi Memicu Koreksi (Bag. 2)

Glenda L. Satne, peneliti Denmark yang bertugas di Center for Subjectivity Research, University of Copenhagen, dalam artikelnya berjudul Interaction and Self-Correction menyebutkan, ada dua jenis kesalahan yang bisa kita kaitkan dengan orang lain dalam mengimplementasikan paham mereka. Pertama, kesalahan seseorang ketika salah menerapkan konsep atau diistilahkan dengan misapplication (kesalahan konseptual). Kedua, kita mungkin mengaitkan kurang mendalamnya pengetahuan seseorang mengenai suatu konsep.

Jika dilihat dari kasus Fulan, ia cenderung melakukan kesalahan dalam jenis pertama. Mungkin bukan karena kurangnya pengetahuan Fulan, tetapi misapplication. Jihad secara konseptual adalah untuk membantu umat Islam yang terzalimi dan mewujudkan keadilan. Namun ternyata cara Fulan keliru. Oleh karenanya ia mengubah perilakunya dengan cara mengarusutamakan perdamaian untuk menebus kesalahannya di masa lalu yang menebar teror.

Baca juga Membimbing Anak Bermedsos

Self-correction merupakan ikhtiar seseorang untuk menjadi lebih baik. Islam menyebut konsep ini dengan muhasabah, yaitu peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, dan kesalahan diri. Seseorang yang melakukan muhasabah disebut sebagai manusia yang pandai oleh Rasulullah.

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

Artinya: Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT (HR. Imam Turmudzi).

Baca juga Merawat Kesempurnaan Manusia

Memang Fulan pernah melakukan kesalahan, namun bukankah semua orang pernah melakukan kesalahan? Sebaik-baiknya manusia adalah yang mau mengakui kesalahan, meminta maaf kepada yang ia sakiti, dan memperbaiki perilakunya untuk menjadi insan yang lebih baik. [MSH]

Baca juga Mengikhlaskan Masa Lalu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *