06/09/2023

Menggemakan Semangat Perdamaian di Pesantren

Aliansi Indonesia Damai- AIDA dan alumni Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Tokoh Agama menyelenggarakan pengajian bertema “Menyerap ‘Ibroh Kehidupan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” di Pondok Pesantren Rahmatullah Samarinda beberapa waktu lalu. Alumni Pelatihan AIDA, M. Yarif Yahya, mengajak kalangan santri, ustaz dan ustazah yang menghadiri pengajian untuk menyelami hakikat perdamaian dalam agama yang dirisalahkan kepada Nabi Muhammad Saw.

“Orang yang beragama Islam, kita-kita ini, harus memahami bahwa Islam ini hadir untuk membawa perdamaian di tengah kehidupan bermasyarakat. Islam hadir untuk mewujudkan rasa kasih sayang. Itulah Islam,” ujarnya lantang saat berpidato di PP Rahmatullah Samarinda, Selasa (18/7/2023).

Baca juga Semangat Perdamaian dalam Lirik Selawat

Saat pengajian berlangsung, para peserta menyimak penuturan kisah korban aksi teror bom serta mantan anggota kelompok teroris yang telah bertobat. Perjalanan hidup sejumlah korban dalam mengalami tragedi aksi pemboman mengandung ‘ibroh atau pembelajaran yang sangat berharga bagi khalayak umum. Perjuangan mereka mengajarkan masyarakat agar senantiasa tangguh saat menghadapi pelbagai tantangan. Lebih dari itu, para korban juga meneladankan akhlak yang teramat luhur, yakni ketika mereka memilih untuk memaafkan para pelaku terorisme ketimbang mendendam.

Pengakuan beberapa orang mantan pelaku terorisme pun menyuguhkan pelajaran penting bagi publik. Di samping menguak fakta keburukan paham dan gerakan terorisme, testimoni mereka memuat hikmah bagi masyarakat agar tidak berputus asa terhadap keadaan. Mereka sadar telah banyak berbuat salah namun tetap bersemangat untuk mengupayakan perbaikan demi kedamaian.

Baca juga Tiga Faktor Penghambat Perdamaian

Yarif menjelaskan, Tuhan mengutus nabi beserta risalah agama yang dibawanya pada hakikatnya merupakan rahmat atau kasih sayang yang dianugerahkan kepada seluruh makhluk di alam raya. “Tentunya kita yang mengaku sebagai umat Nabi, maka Nabilah yang harus kita jadikan tuntunan,” kata dia.

Ia sangat menyayangkan segelintir umat Muslim tidak cakap memahami konsep rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Pada taraf yang paling ekstrem, sebagian orang tersebut melakukan tindak pidana terorisme yang menumpahkan darah banyak jiwa. Oleh sebab itu, Yarif berharap, setelah mendengar penuturan korban dan mantan pelaku terorisme, kalangan santri lebih meresapi hakikat rahmat dalam agama.

Baca juga Mendorong Santri Melestarikan Perdamaian

“Tidak ada lagi insyaallah, bi idznillah, yang menjadi pelaku maupun yang menjadi korban. Dan, kita harus mengazamkan diri pada hari ini bahwa agama yang kita anut ini adalah agama rahmatan lilalamin, yang menyebarkan rahmat, perdamaian, dan kasih sayang di tengah-tengah umat,” ucap Pengurus Bidang Pendidikan DPW Hidayatullah Kalimantan Timur itu.

Lebih jauh Yarif menerangkan sebuah sabda Nabi yang melarang umat Muslim menumpahkan darah saudaranya. Sebab, jangankan membunuh, mencela atau memaki saja tergolong sebuah kefasikan. “Mencela saja kita dilarang, apalagi membunuh sesama muslim. Ini telah disyariatkan oleh agama kita,” tandasnya.

Baca juga Menumbuhkembangkan Budaya Damai

Pungkasan, dia menggenjot semangat para peserta pengajian untuk berjuang membangun umat dalam kebersamaan, menata hati dengan ikhlas kepada Tuhan untuk memberikan banyak manfaat kepada umat, sehingga bumi ini terterangi dengan kedamaian dan kasih sayang. Ia juga mewanti-wanti untuk pantang berdebat memecah umat. Sebaliknya, harus selalu santun dan sopan, serta menyapa dengan salam.

“Sebab, itulah bukti Islam sebagai rahmatanlilalamin. Alhamdulillah, bahagia kita rasanya. Apatah lagi kembali diingatkan oleh tim dari AIDA ini, mengingatkan kita untuk tetap bertahan dengan pemahaman konsep rahmatan lil ‘alamin itu. Bahwa tidak ada lagi, jangan sampai ada lagi, pemahaman yang merugikan siapa pun. Sebab, Nabi kita saja diutus untuk membawa perdamaian dan kasih sayang,” katanya. [MLM]

Baca juga Ketua PP Muhammadiyah: Agama Tak Boleh Abaikan Kemanusiaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *