11/01/2024

Salah Cara Membela Saudara

Aliansi Indonesia Damai- “Kalau dengar terorisme, apa saja yang ada di benak masyarakat luas? Pasti jawabannya bom, jahat, sadis, pembunuh, dan lain-lain. Jika kita mengkaji lebih jauh, motif para teroris sejatinya adalah membela saudaranya sesama muslim yang dizalimi di belahan wilayah lain.”

Demikian Syahadat Iskandar, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Lampung, membuka paparannya dalam kegiatan Diskusi “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” yang diselenggarakan AIDA di kampus tersebut akhir November 2023 silam. Syahadat merupakan alumni kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang digelar AIDA beberapa bulan sebelumnya.

Baca juga Menjadi Pemimpin yang Islami

“Mungkin di antara kita melihat terorisme sebagai salah satu tindakan yang keji, yang jahat, tidak manusiawi, dan tindakan yang merampas hak asasi manusia. Sehingga para pelaku ini dicap jahat yang tidak memiliki hati nurani. Padahal terorisme ini, mereka ingin membela kita sebagai salah satu umat beragama,” ujarnya.

Jika menengok fakta di tingkat global, peristiwa-peristiwa seperti invasi militer Amerika Serikat ke Irak dan Afghanistan pada awal dasawarsa 2000, agresi Israel ke Palestina yang masih terus berlangsung hingga sekarang, perlakuan kejam junta militer Myanmar terhadap etnis Rohingya, serta di konteks lokal semisal konflik komunal di Ambon dan Poso memicu kepedulian umat muslim di dunia.

Baca juga Membangun Damai dengan Akhlak

Kepedulian tersebut lantas dibumbui dengan ideologi ekstrem atas nama agama yang disampaikan oleh kelompok-kelompok yang menghalalkan kekerasan. Sehingga yang muncul kemudian adalah amarah untuk membalaskan dendam terhadap pihak mana pun yang dianggap terlibat dalam kezaliman terhadap saudara sesama muslim. Walhasil terjadilah aksi-aksi pengeboman di Indonesia.

“Apa yang mereka lakukan adalah untuk membela dengan cara yang salah. Dan dendam terbalaskan dengan membunuh dan mengebom,” ujarnya.

Baca juga Gerakan Menyamakan Persepsi

Akibat cara pembelaan yang salah maka yang terjadi adalah kezaliman baru. Syahadat yang pernah berjumpa langsung dengan beberapa korban terorisme menceritakan kondisi mereka yang memprihatinkan. “Ada korban Bom Kuningan yang kehilangan matanya akibat kejadian itu. Seperti yang kita tahu, korban yang masih hidup dari peristiwa tersebut masih melanjutkan kehidupannya ke depan,” ujarnya.

Syahadat lantas berpesan kepada teman-temannya sesama mahasiswa agar memilih lingkungan pergaulan yang tepat. “Karena di usia-usia kita rentan terpapar ideologi terorisme. Sehingga kita tidak mencari jalan yang salah dan merugikan dari jalan yang salah,” ucapnya. [MLM]

Baca juga Taaruf: Understanding with Respect

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *