Mahasiswa Duta Perdamaian Bangsa
Aliansi Indonesia Damai- Kaum mahasiswa didorong untuk semakin aktif berpartisipasi dalam membangun perdamaian. Sebagai generasi terpelajar, sudah selayaknya mahasiswa peduli terhadap bermacam isu yang berpeluang menjadi penghalang terciptanya kedamaian di masyarakat.
Pesan tersebut tersirat dalam pidato Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Universitas Lampung (Unila), Ita Prihantika, saat membuka acara Diskusi “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” di Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila, Selasa (21/11/2023). Kegiatan yang menghadirkan 68 mahasiswa tersebut diselenggarakan AIDA bekerja sama dengan FISIP Unila. Tujuannya, untuk mendorong para aktivis mahasiswa dalam membuat gerakan nyata yang menyuburkan perdamaian di Tanah Air, dengan mengambil pembelajaran berharga dari kisah korban dan mantan pelaku terorisme.
Baca juga “Kita Harus Lebih Kritis dan Tidak Mudah Terpengaruh”
Ita berpandangan, isu perdamaian, terorisme, dan radikalisme secara sekilas mungkin agak jauh dan tidak relevan dengan ilmu Administrasi Negara yang dipelajari setiap harinya oleh para peserta Diskusi. Akan tetapi, fitrah mahasiswa sebagai kaum terpelajar, menurutnya, menuntut setiap mahasiswa untuk berpartisipasi dalam membela kemaslahatan publik, tak terkecuali menciptakan perdamaian.
“Mahasiswa tidak boleh hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Jadi, tanda seseorang telah dewasa itu ketika sudah selesai dengan dirinya, mampu melihat sekeliling orang lain butuh saya seperti apa,” ujarnya.
Baca juga Mahasiswa UML Belajar Resiliensi dari Kisah Penyintas
Misalnya, Ita mencontohkan, dalam urusan mengerjakan tugas kuliah, mahasiswa yang telah dewasa mampu menyelesaikannya tepat waktu atau sebelum masa batas terlewati. Sosok mahasiswa seperti itu menurutnya telah mampu mengatur diri bahkan meluangkan waktu dan tenaganya untuk urusan kemaslahatan yang lainnya. Sebaliknya, bila mahasiswa mengumpulkan tugas kuliahnya melebihi batas waktu, terburu-buru atau bahkan terlambat, hal itu menandakan ada hal yang belum selesai pada dirinya. Ia menyebut para mahasiswa yang hadir dalam Diskusi sebagai mahasiswa dewasa yang telah mampu me-manage dirinya dengan baik, dan bisa memikirkan peran apa yang bisa diambil untuk berkontribusi dalam memelihara perdamaian.
“Karena soal perdamaian, terorisme, radikalisme, itu bukan persoalan individu tapi itu persoalan bersama. Mahasiswa bisa bantu apa, Bu, kita harus ngapain? Ya, kita lihat ke depan. Paling simpel, hari ini saya mengikuti kegiatan Diskusi, kalian sharing ke teman-teman apa saja ilmu yang didapatkan,” katanya.
Baca juga Salah Cara Membela Saudara
Berbagi atau sharing, lanjutnya, merupakan metode efektif penyebarluasan informasi di era serba berjejaring seperti saat ini. Ita pun menekankan agar para mahasiswa memanfaatkan media sosial untuk berbagi ilmu, wawasan, atau pengalaman yang mengarahkan mereka pada kesalehan dan kemajuan. Bukan justru info yang sebaliknya, yang pernah dialami oleh sebagian mantan pelaku terorisme yang tergiur propaganda kekerasan kelompok teroris di luar negeri sehingga harus berurusan dengan hukum.
“Media sosial kalian aktif kan? Jangan dipakai untuk menyebar konten-konten yang negatif! Share konten-konten yang positif! Ke depanya semoga kegiatan ini bisa terus berlanjut untuk sharing ilmu-ilmu yang didapat ketika bergabung di AIDA. Jadi, teman-teman nanti pulang dari sini bisa bercerita ke teman-teman lainnya tentang pentingnya menjaga perdamaian,” ucapnya menjelaskan.
Baca juga Menjadi Pemimpin yang Islami
Diskusi “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang telah digelar sebulan sebelumnya. Lima mahasiswa Jurusan Administrasi Negara Unila alumni Pelatihan mengorganisasi acara Diskusi dari awal sampai akhir. Dalam kesempatan itu, Tisa Seftiana Linsi dan Aldiva Mukhsin, mahasiswa Jurusan Administrasi Negara angkatan 2023, bertindak sebagai pemantik Diskusi. Mereka berbagi pengalaman dan pengetahuan seputar perdamaian dengan berkaca dari kisah korban dan mantan pelaku terorisme yang pernah mereka temui dalam Pelatihan AIDA. [MLM]
Baca juga Membangun Damai dengan Akhlak