Dosen Unila: “Anak Muda Harus Bisa Memfilter Informasi”
Aliansi Indonesia Damai- “Sebagai anak muda, kalian harus bisa memfilter informasi. Bagaimana cara menjalankan perdamaian dengan benar, tentu saja jika kita menginginkan perdamaian bukan dengan cara kekerasan, melainkan dengan cara atau jalan damai.”
Demikian adalah pernyataan Gita Karisma, dosen dan peneliti jurusan Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung (FISIP Unila), saat membuka kegiatan Diskusi “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” akhir November 2023 lalu.
Baca juga Menggugah Semangat Perdamaian Kaum Aktivis di Unmal
Diskusi tersebut adalah tindak lanjut dari Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang diselenggarakan AIDA sebulan sebelumnya. Sejumlah mahasiswa jurusan HI FISIP Unila alumni Pelatihan AIDA mengorganisasi acara Diskusi. Sebagian mereka mengurus perizinan ke pihak kampus, sebagian merekrut peserta, sedangkan yang lainnya fokus menyukseskan seremoni Diskusi.
Sebanyak 69 mahasiswa Unila lintas fakultas dan jurusan menghadiri Diskusi. Mereka menyimak penuturan kisah korban aksi teror bom dan mantan pelaku terorisme yang telah insaf. Kisah korban dan mantan pelaku mengandung inspirasi ketangguhan dan perdamaian yang layak diserap mahasiswa sebagai kaum terpelajar bangsa.
Baca juga Menumbuhkan Budaya Memaafkan di Kalangan Generasi Muda
Gita memaparkan bahwa bangsa Indonesia memiliki potret memaafkan lantaran pernah punya catatan konflik dan dilanda banyak serangan terorisme, namun bisa bangkit dari itu semua. Hal tersebut, dalam pandangan Gita, menjadi landasan kuat budaya dan perilaku memaafkan muncul di tengah masyarakat.
“Bahwa kita mempunyai potret bangsa yang mampu saling memaafkan. Oleh karena itu, dengan bekal potensi tadi, yaitu budaya memaafkan, toleransi, gotong royong dan lain sebagainya, kita bisa menyelesaikan segala bentuk tantangan dan rintangan (berbangsa),” sambungnya dalam sambutan.
Baca juga Perdamaian Wajib Diperjuangkan
Dia kemudian menyampaikan apresiasi atas inisiatif AIDA mengajak insan kampus, khususnya Universitas Lampung untuk menyelenggarakan diskusi ilmiah. Ia menaruh harapan para mahasiswa bisa mengambil pelajaran berharga tentang perdamaian dari kegiatan ini.
Gita juga mendorong mahasiswa bisa mengambil pelajaran tentang rasa simpati dan empati atas penderitaan orang lain, tidak hanya kita sendiri. Hal tersebut sangat penting untuk bisa berpikir bagaimana jika kita atau keluarga kita menjadi korban tindak kekerasan atau disakiti oleh orang lain, seperti yang dialami korban terorisme.
Baca juga Mahasiswa Unila: “Kisah Korban dan Mantan Pelaku Penuh Wawasan”
Hal itu, menurut Gita, relevan dengan mahasiswa jurusan HI yang akrab dengan teori resolusi konflik dengan jalan damai. Terlebih mahasiswa adalah pemuda yang akan menjadi penerus bangsa, tentu pada mereka ada pekerjaan rumah yang tidak ringan, yakni mewujudkan Indonesia yang damai. Sambutan Gita diakhiri dengan tepuk tangan meriah peserta yang hadir.
Pada akhir kegiatan, Muhammad El Maghfurrodhi, Program Manager AIDA, mengatakan bahwa Diskusi “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” adalah ikhtiar AIDA untuk mengajak generasi muda Indonesia semakin peduli dengan isu perdamaian dan tidak membiarkan ada riak-riak konflik di masyarakat.“Sesengit apa pun persaingan yang terjadi, jangan lupa untuk selalu mendudukkannya dalam bingkai sebuah kompetisi yang positif. Kalau dalam istilah agama kita, Allah menganjurkan kita untuk fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan,” pungkasnya. [MSH]
Baca juga Mahasiswa Duta Perdamaian Bangsa