4 weeks ago

Menumbuhkan Budaya Memaafkan di Kalangan Generasi Muda

Aliansi Indonesia Damai- Salah satu bekal untuk menciptakan perdamaian adalah memaafkan. Budaya memaafkan, utamanya di kalangan generasi muda, penting ditingkatkan. Hal ini mengingat pelbagai kasus dan ancaman kekerasan belakangan membelenggu kaum muda, terlebih di era keterbukaan informasi saat ini.

AIDA bekerja sama dengan Jurusan Hubungan Internasional Universitas Lampung (HI Unila) menyelenggarakan Diskusi “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” di kampus tersebut pada akhir November 2023 lalu. Kegiatan dimaksudkan untuk membekali para mahasiswa agar selalu memelihara perdamaian, sekaligus menghindari praktik-praktik kekerasan. Sebanyak 69 mahasiswa Universitas Lampung mengikuti kegiatan dengan tertib.

Baca juga Perdamaian Wajib Diperjuangkan

Dosen dan peneliti Jurusan HI Unila, Gita Karisma S.IP., M.Si., dalam sambutannya menerangkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai bekal atau potensi tinggi dalam membina perdamaian. “Dengan bekal potensi yang kita miliki, yaitu budaya memaafkan, toleransi, gotong royong, kita bisa menyelesaikan segala bentuk tantangan dan rintangan,” ujarnya.

Kegiatan yang menjadi tindak lanjut dari Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang diselenggarakan AIDA di Bandar Lampung sebulan sebelumnya tersebut menampilkan kisah inspiratif korban dan mantan pelaku terorisme.

Baca juga Mahasiswa Unila: “Kisah Korban dan Mantan Pelaku Penuh Wawasan”

Belajar dari kesaksian korban dan mantan teroris yang telah bertobat, Gita sebagai dosen mengharapkan kaum mahasiswa bisa mengambil pelajaran. “Pertama, peserta bisa mengambil pelajaran tentang rasa simpati dan empati atas penderitaan orang lain, tidak hanya kita sendiri. Hal tersebut sangat penting untuk bisa berpikir bagaimana jika kita atau keluarga kita dikerasi, disakiti oleh orang lain,” katanya menjelaskan.

Pelajaran kedua, menurut Gita, penting untuk menyaring fakta dari badai informasi yang bertebaran baik di dunia nyata maupun daring. “Sebagai anak muda harus bisa memfilter informasi, bagaimana cara menjalankan perdamaian dengan benar. Tentu saja jika kita menginginkan perdamaian bukan dengan cara kekerasan, melainkan dengan cara atau jalan damai,” ungkapnya.

Baca juga Mahasiswa Duta Perdamaian Bangsa

Dua mahasiswa HI Unila alumni Pelatihan AIDA, Ayu Puspitasari dan Agus Rismawan, didapuk menjadi pembicara dalam Diskusi. Mereka berbagi kepada para peserta tentang wawasan perdamaian yang didapatkan dari kegiatan AIDA, khususnya dari perspektif korban dan mantan pelaku terorisme.

Ayu memaparkan, banyak faktor yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam jaringan terorisme. Di antaranya, ketidakharmonisan keluarga, pertemanan, dan balas dendam. Namun, ia menegaskan, ada faktor dominan yang menjadi penentunya. “Faktor utama seseorang terpapar terorisme adalah karena ideologi mereka. Pemikiran, paham mereka tentang jihad, di mana jihad dalam artian mereka hanyalah berperang. Cara untuk menegakkan keadilan bagi mereka adalah dengan berperang,” ujarnya.

Baca juga “Kita Harus Lebih Kritis dan Tidak Mudah Terpengaruh”

Menyambung penjelasan Ayu, Agus memaparkan hikmah yang disarikannya dari kisah korban terorisme. Dia mengenalkan sejumlah korban aksi teror bom yang ditemuinya secara langsung dalam Pelatihan AIDA kepada rekan-rekannya sesama mahasiswa peserta Diskusi. Dampak aksi teror yang diderita oleh korban, kata dia, sangat banyak dan kompleks. Contohnya, cedera fisik hingga mengalami kecacatan serta kerusakan mental, atau yang paling parah tercabut nyawanya.

Korban yang meninggal dunia, sambungnya, menimpakan penderitaan lanjutan bagi ahli waris atau keluarganya. Pasangannya menjadi janda atau duda, anak-anaknya menjadi yatim atau piatu. Kepergian korban membuat kehidupan ekonomi dan sosial ahli warisnya menjadi terpuruk.

Baca juga Mahasiswa UML Belajar Resiliensi dari Kisah Penyintas

Terakhir, Agus menyampaikan pesan-pesan perdamaian dari korban terorisme. “Dari sisi korban, penting untuk selalu menumbuhkan semangat damai agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. Mereka menyampaikan dalam hidup harus saling menghormati dan toleransi, harus ikhlas, dan jangan membalas kekerasan dengan kekerasan,” ungkapnya. [F]

Baca juga Salah Cara Membela Saudara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *