25/08/2022

Berpikir Damai sejak Dini

Usia remaja merupakan fase emas dalam tahapan perkembangan manusia. Masa di mana kita masih bebas berpikir dan mengekspresikan diri, untuk mencari ke mana arah dan tujuan hidup. Usia remaja juga identik dengan emosi yang labil. Kadang tanpa sengaja kita memicu pertengkaran atau bahkan terlibat perkelahian dengan teman lantaran hal-hal sepele.

Saat remaja, kita bisa belajar tentang banyak hal dan mengisi otak kita dengan bermacam ilmu dan wawasan dari pelbagai sumber. Namun penting diperhatikan agar jangan sampai salah dalam memilih guru. Guru yang baik pasti menyampaikan pelajaran-pelajaran yang benar, bermaanfaat, dan berdampak positif.

Baca juga Menjauhi Ranah Kekerasan

Selain guru, lingkungan sekitar juga sangat memengaruhi perilaku kita. Nabi Muhammad Saw bersabda: “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang salih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau (setidaknya) engkau mendapati baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, engkau akan mendapati baunya yang tidak enak” (HR. Bukhari).

Guru dan lingkaran pertemanan yang buruk rawan mendorong kita pada perilaku dan tindakan yang negatif, seperti aksi-aksi kekerasan. Perkelahian, tawuran, dan aksi kekerasan lain jelas menyakiti dan merugikan orang lain.

Baca juga Tips Menghindari Pertengkaran di Medsos

Terkadang orang kehilangan akal sehat sehingga menghadapi persoalannya dengan cara kekerasan. Padahal sejatinya kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah, sebaliknya malah rawan menimbulkan siklus persoalan baru.

Dalam konteks kekerasan, kita bisa belajar dari mantan pelaku terorisme, salah satunya Mukhtar Khairi. Ia pernah terlibat dalam kelompok ekstremisme kekerasan yang kerap menumpahkan darah orang lain, seperti aksi-aksi penembakan bahkan pengeboman.

Baca juga Perjumpaan Perdana Menguraikan Makna

Mukhtar pernah meyakini bahwa cara kekerasan merupakan bagian dari perjuangannya menegakkan dan memuliakan Islam. Namun perlahan ia menyadari bahwa tindakan kelompoknya justru menciptakan kehancuran dan penderitaan berkepanjangan bagi para korbannya.

Sebagai manusia yang dibekali akal pikiran, sebelum melakukan sesuatu, maka kita harus menimbangnya terlebih dahulu secara matang dan bijak. Apakah yang akan kita kerjakan bisa membuat orang lain rugi dan menderita atau memang bermanfaat. Dan hal itu harus dilatih sejak masa remaja. [YNWH & VLD]

Baca juga Mahasiswa: Entitas Moral Gerakan Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *