23/11/2022

Safari Perdamaian SMAN 1 Woha Bima

Aliansi Indonesia Damai- Topik “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” menjadi tagline safari perdamaian AIDA di wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), awal November lalu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tangguh adalah sukar dikalahkan, kuat dan andal, tabah, tahan, dan kukuh. Melalui kegiatan ini, generasi remaja sebagai wajah masa depan Indonesia diharapkan menjadi sosok yang tangguh menghadapi berbagai persoalan di masa mendatang.

Baca juga Dari Penyintas Bom untuk Al-Husainy Bima

AIDA menghadirkan kisah-kisah kehidupan korban terorisme (penyintas) dan pertobatan mantan pelakunya. Dari dua belah pihak, para pelajar diajak menyerap ibroh (pembelajaran) dari kehidupan mereka. Harapannya, lahir generasi muda yang cinta damai dan mampu membawa Indonesia maju menuju peradaban adiluhung.

“Saya belajar dari para korban bahwa (kita) harus menjadi tangguh dalam setiap permasalahan yang ada dan harus saling memaafkan satu sama lain. Bahwa tidak boleh menjadi seorang yang pendendam,” ujar salah seorang siswa saat AIDA berkunjung ke SMAN 1 Woha, Bima, NTB, beberapa waktu lalu.

Baca juga Motivasi Ketangguhan Siswa SMAN 1 Wawo

Menurut seorang siswi peserta, keikhlasan para korban yang memaafkan pelakunya merupakan cerminan dari sikap ketangguhan. Mereka ditimpakan banyak ujian setelah terkena bom. Mulai dari cedera yang harus diobati bertahun-tahun, bahkan harus kehilangan anggota tubuhnya. Meski begitu, mereka mampu melewati berbagai ujian itu.

“Yang saya dapatkan dari kegiatan ini adalah bahwa kita tidak boleh membalas dendam dengan kekerasan dan harus mengikhlaskan semua yang terjadi. Jika terus balas dendam masalah tidak akan pernah berakhir,” katanya.

Baca juga Perdamaian Kunci Kebahagiaan

Tidak hanya dari para korban, sejumlah siswa mengaku mengambil pembelajaran dari kehidupan mantan pelakunya. Kisah mereka menunjukkan bahwa setiap orang pasti memiliki salah, tetapi sebaik-baik orang adalah yang berani mengakui kesalahannya dan bertekad memperbaikinya. “Manusia yang tangguh itu menyadari kesalahannya, memperbaiki, dan tidak mengulangi lagi,” ujar salah seorang siswa.

Sebagian peserta yang lain berpesan kepada generasi remaja agar tidak membalas kekerasan dengan kekerasan. Tindakan semacam itu tidak akan menyelesaikan masalah, justru menjadikan masalah tak selesai.

Baca juga Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

“Jika terjadi kekerasan atau ketidakadilan jangan dibalas dengan kekerasan. Damai itu penting. Hindari membalas kejahatan dengan kejahatan, belajar ikhlas, dan saling memaafkan,” ucap seorang siswi.

Di akhir acara, salah seorang siswi berkomitmen untuk mengaplikasikan pengalaman itu ke dalam kehidupan sehari-hari. “Saya lebih memaknai penderitaan seseorang yang menjadi korban teroris dan harus lebih tangguh saat menerima cobaan. Apa pun yang terjadi pada kita atas kehendak Allah SWT,” katanya tegas. [AH]

Baca juga Ketangguhan Butuh Intelektualitas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *