Pejabat UNP Serukan Mahasiswa Jauhi Ekstremisme
Aliansi Indonesia Damai- Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang (UNP), Abror, Ph.D, mengingatkan mahasiswa agar tidak terjerumus ke dalam kelompok dan jaringan ekstremisme, termasuk yang mengatasnamakan agama. Seruan itu ia sampaikan saat memberikan sambutan dalam acara Diskusi “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” yang digelar AIDA di Auditorium UNP, akhir Oktober silam.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa Sumatera Barat beberapa waktu sebelumnya. Alumni kegiatan tersebut lantas menginisiasi diskusi yang dihadiri puluhan civitas akademik UNP, termasuk dari jajaran pejabat kampus.
Baca juga Aktivis Mahasiswa Padang: Utamakan Perdamaian
Menurut Abror, kegiatan tersebut positif bagi kalangan mahasiswa. Pasalnya, mahasiswa termasuk kalangan yang banyak terpapar ekstremisme kekerasan. Melalui pembelajaran dari kisah-kisah pertobatan mantan pelaku dan ketangguhan korbannya, gerakan mahasiswa diharapkan semakin solid untuk membangun perdamaian di Indonesia.
“Sangat bermanfaat buat kita. Kita akan belajar dari dua sisi. Bagaimana dua pihak yang terlibat dalam aksi terorisme, baik itu korban maupun pelaku terorisme, itu bercerita tentang apa yang mereka alami. Kita akan mendapatkan pengetahuan bagaimana seorang korban terkena serangan bom. Kemudian dari pelakunya, Ali Fauzi, misalnya, dia juga akan menceritakan bagaimana sesungguhnya kelompok teroris itu bekerja,” ujarnya saat membuka acara.
Baca juga Menguatkan Filter Mahasiswa
Ia pun mengingatkan bahwa tindakan terorisme telah mencoreng agama. Sebab tidak ada satu pun agama yang mengajarkan kekerasan, apalagi sampai membunuh orang lain yang tak terhitung jumlahnya. “Terorisme itu tidak punya agama, tidak punya kebangsaan, di mana pun bisa terjadi, agama apa pun bisa terjadi. Walaupun mereka mengatakan ini berdasarkan agama, perintah Tuhan, tapi tidak ada satu agama pun di dunia ini yang membolehkan orang membunuh orang lain tanpa alasan,” ungkapnya.
Dari kegiatan ini, Abror berharap mahasiswa dapat mengambil pembelajaran agar dapat membentengi diri dari bahaya esktremisme. “Kita harus belajar bagaimana kita tidak terlibat dalam ini. Kita tidak mudah terbawa hal-hal ini. Kalau bagi kita yang muslim, pembunuhan itu baru terjadi ketika ada peperangan. Dan juga, tidak boleh merusak tanaman, menyakiti perempuan. Ada aturan-aturan dalam perangnya,” jelas lulusan University of Hull Inggris itu.
Baca juga Merangkul untuk Perdamaian
Di akhir sambutannya, Abror menegaskan pihak kampus tidak menoleransi aksi-aksi terorisme. Ia meminta mahasiswa untuk terus waspada terhadap ancaman ekstremisme karena paham tersebut dapat memengaruhi generasi muda. “Kalau ada yang mengajak begini dengan janji-janji yang mungkin nanti langsung masuk surga segala macam, ini perlu dan harus kita waspadai,” katanya tegas. [AH]
Baca juga Mengokohkan Misi Perdamaian Mahasiswa