Resolusi 2019: Menutup Kekerasan, Menatap Perdamaian
ALIANSI INDONESIA DAMAI – Mengisi tahun 2019, marilah kita bersama-sama mengupayakan agar di masa depan tidak ada lagi tindakan kekerasan. Kita hendaknya melestarikan kedamaian di mana pun berada dan mewaspadai ideologi keagamaan yang melegalkan kekerasan demi kepentingan kelompok tertentu.
Tahun 2018 telah berlalu. Serangkaian kejadian penting terkait terorisme berlangsung mewarnai 2018. Di antaranya yang cukup mengerikan adalah aksi terorisme di Surabaya pada Minggu pagi, (13/5/2018). Bom meledak di tiga gereja di ibu kota Jawa Timur itu. Serangan ini buntut dari kejadian beberapa hari sebelumnya di rumah tahanan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok di mana para tahanan teroris membuat kerusuhan dengan membunuh dan menyandera petugas. Beberapa anggota polisi tewas, dan para tahanan kasus terorisme di sana dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan di Pulau Nusakambangan.
Ancaman terorisme masih menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama. Kita dituntut untuk senantiasa menjaga diri dan lingkungan dari terorisme, atau paham-paham lain yang menghalalkan kekerasan untuk mencapai tujuan. Ratusan orang telah menjadi korban akibat tersebarnya paham terorisme.
Tugas berat dipikul umat Islam sebagai warga mayoritas di Indonesia. Para teroris mengklaim bahwa aksi-aksi yang mereka lancarkan dilegitimasi oleh agama Islam. Kekeliruan seperti ini harus diluruskan.
Rasulullah Saw. sebagai suri teladan yang ma’shûm semasa berdakwah senantiasa mengunakan cara-cara damai. Meski tidak jarang beliau disiksa, difitnah, dihina, dan diasingkan, Nabi tidak menggunakan kekerasan dan sumpah serapah dalam memberikan pemahaman kepada umat. Sebaliknya, beliau membalas berbagai keburukan yang ditimpakan manusia dengan cara yang santun.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari (Hadis No. 10 dalam Sahih Al-Bukhari) dari jalur sahabat Ibnu Umar Ra., dikisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw., “Siapakah muslim yang paling baik?” Rasullah Saw. pun menjawab: “Dia yang tangan dan lidahnya membiarkan muslim lainnya berada dalam kedamaian.”
Hadis ini menegaskan bahwa seorang muslim ialah yang mengutamakan kedamaian dalam situasi dan kondisi apa pun, serta tidak menunjukkan ancaman keselamatan terhadap orang lain.
Nilai yang terkandung dalam hadis tersebut selaras dengan pesan yang terkandung di dalam Al-Quran, bahwa Islam sangat mementingkan prinsip nirkekerasan dalam dakwah. Islam justru sangat menjunjung perdamaian dan menganjurkan umat muslim agar mengedepankan semangat bina damai dalam membangun kehidupan yang majemuk. Hal ini sebagaimana terekam dalam surah Al-Hujurat ayat 13:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengabarkan.” (QS. Al-Hujurat: 13).
Ayat di atas menganjurkan kepada kita untuk senantiasa hidup rukun di tengah fakta dan keniscayaan adanya perbedaan. Kerukunan hidup antarmanusia sehingga bisa saling mengenal sesuai firman Allah Swt. tersebut tak mungkin diwujudkan bila manusia hanya terus berperang. Upaya-upaya untuk menumbuhkan perdamaian di tengah kehidupan manusialah yang mestinya digalakkan.
Dalam momen awal tahun yang baik ini, mari kita berlomba dalam kebaikan untuk mengupayakan perdamaian bagi Indonesia, dan bahkan dunia. Penulis mengajak untuk menjadikan semangat resolusi kita semua di tahun 2019 ini adalah menebarkan perdamaian kepada setiap makhluk ciptaan Allah di muka bumi ini. Mari kita tutup kekerasan, dan kita tatap perdamaian.
Oleh Muhammad Saiful Haq