Milenial Harus Berpikiran Terbuka
“Jangan berpikir sempit, saya dulu terlalu fanatik terhadap Ustaz yang baru saya kenal. Kalian harus bisa berpikir kritis seperti jurnalis. Kalau ada informasi, harus dikroscek. Jangan percaya hoaks, sekarang banyak sekali hoaks yang provokatif.“
Aliansi Indonesia Damai- Demikian pesan yang disampaikan Kurnia Widodo, salah seorang mantan narapidana terorisme. Ia mengisahkan pengalamannya kepada siswa SMA Al-Islam 1 Surakarta dalam kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” awal oktober lalu. Dalam kegiatan yang diselenggarakan AIDA tersebut, Kurnia bercerita pernah terlibat dalam kelompok teroris karena pengaruh dari pergaulan teman-temannya. Kurnia juga mengaku sempat merencanakan untuk melakukan aksi teror di beberapa tempat. Namun demikian, sebelum niatnya benar-benar terwujud, ia terlebih dahulu ditangkap oleh aparat keamanan. Ia pun diadili dan dihukum lantaran keterlibatannya dengan kelompok teroris.
“Saya bersyukur waktu itu saya ditangkap, sehingga saya tidak kebablasan. Kalau saya tidak ditangkap, mungkin saat ini saya tidak bisa berdiri di sini untuk menebar perdamaian,” ungkapnya di hadapan 51 siswa yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Baca juga Belajar Dari Ketangguhan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme
Kurnia mengungkapkan, saat berada di balik jeruji besi, ia mulai berpikir kritis tentang ajaran yang dulu dianut. Ia sempat beberapa kali berdialog dan berdebat dengan sesama narapidana kasus terorisme, termasuk dengan mantan teroris yang telah bertobat. Dari situlah sedikit demi sedikit Kurnia mulai menyadari kekeliruan dari doktrin yang selama ini ia dapat dari kelompoknya. Kurnia juga mengaku, dulu dia berpikiran sangat sempit.
Pertobatan Kurnia Widodo semakin kuat setelah ia dipertemukan dengan korban aksi terorisme oleh AIDA. Saat itu ia baru menyadari penderitaan yang dirasakan oleh korban. Sebelumnya dia tidak pernah berpikir bahwa perbuatannya bisa berdampak sangat fatal bagi kehidupan orang lain. Dari pertemuan dengan korban tersebut, Kurnia kemudian bertekad untuk ikut bersama Tim Perdamaian menyebarkan perdamaian.
Baca juga Kepala SMAN 1 Klaten Ajak Siswa Jauhi Kekerasan
Siswa-siswi tampak mendengarkan kisah Kurnia dengan penuh perhatian. Mereka antusias mengikuti alur ceritanya yang bagi mereka adalah pengalaman yang luar biasa. Bahkan setelah mendengar kisah Kurnia, mereka mengaku mendapatkan pembelajaran (ibroh) yang sangat bermanfaat untuk bekal kehidupan mereka sebagai generasi milenial.
“Saya belajar bahwa kita tidak boleh menerima sesuatu mentah-mentah. Kita harus terbuka dan lihat dampak dari apa yang akan dilakukan,” tutur salah satu peserta. Salah siswa lain juga mengaku, dari acara ini ia semakin menyadari bahwa dalam mencari ilmu, ia harus selektif dan berhati-hati. “Kita nggak boleh sembarangan dapat ilmu,” pungkasnya. [LADW]
1 Comment