08/09/2020

Inspirasi Damai SMAN 1 Weleri

Aliansi Indonesia Damai- Dalam kegiatan Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang digelar AIDA, (3/9/2020), sejumlah siswa-siswi SMAN 1 Weleri Kendal memberikan kesan-kesannya terhadap kisah mantan pelaku terorisme dan korbannya. Salah seorang siswa mengaku belajar makna kesabaran dari korban terorisme.

“Dari korban saya belajar, jika kita terkena musibah, harus tetap sabar dan mencoba untuk ikhlas. Seberapa besar musibah yang kita alami, tetaplah bersyukur karena masih diberi kehidupan di dunia ini. Saya mulai sadar jika kita terkena musibah, keluargalah yang paling peduli dengan kita,” ungkap salah seorang siswa.

Baca juga Menumbuhkan Jihad Belajar

Menurut dia, korban sangat besar jiwanya, karena mampu memaafkan kesalahan-kesalahan pelakunya. Pembelajaran yang paling berkesan dari korban adalah ketangguhannya bangkit dari musibah yang ada. Ketangguhan korban tidak hanya menjadi kisah yang inspiratif, akan tetapi juga dapat memotivasi para siswa untuk menjadi pribadi yang cinta perdamaian.

“Bahwa dendam tidak akan mengubah masa lalu. Begitu juga, segelap apa pun diri kita di masa lalu, kita pasti akan menemukan jalan untuk menjadi lebih baik. Memberikan motivasi hidup untuk memberikan pembelajaran terbaik,” tuturnya.

Baca juga Bangkit Berkat Dukungan Orang Terdekat

Dalam kegiatan itu, AIDA menghadirkan tim perdamaian yang terdiri dari mantan pelaku terorisme dan korbannya. Kedua belah pihak sama-sama menyampaikan kisahnya bangkit dari masa lalu yang kelam hingga akhirnya rekonsiliasi dan bersama-sama mengampanyekan perdamaian bagi generasi muda Indonesia.

Muhammad Nurman Permana, korban Bom Thamrin 2016 mengatakan, dirinya tak pernah mengira akan menjadi korban bom. Ia menceritakan kejadian demi kejadian yang dialaminya. Mengingat peristiwa itu, air matanya menetes. Sekalipun sudah terjadi tiga tahun lalu, namun ia mengaku tak kuat menahan rasa sedih yang dialaminya.

Baca juga Inspirasi Pemaafan Pelajar Bandung

Akibat ledakan bom, Permana mengalami sejumlah luka yang cukup parah. Ia harus berobat secara rutin dan menepi dari aktivitas kesehariannya. Mulanya ia merasa tidak mudah untuk bangkit dari keterpurukan. Namun, berkat dorongan dan motivasi orang-orang terdekat, perlahan ia bangkit dan melawan rasa sakit yang ada.

Sementara itu, mantan pelaku terorisme yang insaf, Choirul Ihwan berulang kali meminta maaf kepada korban bom di Indonesia. Kendati tidak pernah terlibat langsung dalam aksi-aksi teror yang menimbulkan korban jiwa, tetapi Choirul merasa bersalah lantaran pernah menjadi bagian dari kelompok yang melakukan aksi-aksi kekerasan di Indonesia.

Baca juga Penyintas Bom: Jangan Berhenti Bercita-cita

Choirul mengaku, korban adalah lautan ilmu bagi kehidupannya. Ia tak pernah menyangka korban bisa menerima dan memaafkan kesalahannya. Saat itu, pada tahun 2016, AIDA memertemukan Choirul dengan seorang korban terorisme di LP Porong Sidoarjo. Dari pertemuan itu, Choirul melihat ketegaran dan kekuatan para korban bom.

Kendati mengalami luka fisik dan psikis, namun para korban malah mau memberikan maaf terhadap para pelakunya. “Pertemuan itu membuat saya menjadi diri yang kerdil. Saya meminta maaf secara tulus,” tutur Choirul sembari menundukkan kepala.[FS]

Baca juga Pelajar Lampung: Terima Kasih, Penyintas Terorisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *