07/11/2020

Berbahasa Bijak untuk Perdamaian

Aliansi Indonesia Damai- Indonesia adalah bangsa dengan ribuan bahasa daerah dan beragam suku dengan masing-masing tradisinya. Jika bangsa lain bersatu atas kesamaan ras dan budaya, maka Indonesia bersatu dan dipersatukan dengan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.

Pernyataan ini disampaikan oleh Ovi Soviaty Rivay, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam Kongres Nasional Pemuda untuk Perdamaian Indonesia yang digelar AIDA secara daring, akhir Oktober lalu. Kegiatan ini diikuti ratusan siswa dari pelbagai SMA di Indonesia.

Baca juga Inspirasi Damai Anak Teroris dan Korban

Ovi menyitir bait-bait Sumpah Pemuda, “Kami Putra Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kami Putra Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami Putra Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”

Menurut dia, bait ketiga menggunakan kata ‘menjunjung.’ Sementara dua bait sebelumnya berbunyi ‘mengakui.’ Hal tersebut menegaskan bahwa bahasa Indonesia tidak sekadar diakui, tapi harus dilaksanakan sebagai bahasa komunikasi bangsa. “Bahasa adalah jati diri bangsa dan perekat NKRI. Maka sudah seharusnya bangsa ini meningkatkan rasa hormat dan bangga terhadap bahasa Indonesia,” katanya.

Selain meningkatkan rasa hormat dan bangga terhadap bahasa, Ovi berharap para siswa tidak melupakan Tri Gatra Bahasa, yaitu utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.

Baca juga Najwa Shihab: Literasi Digital untuk Perdamaian

“Sepandai apa pun siswa dan siswi namun jika tidak dapat menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis atau bahasa lisan Indonesia yang baik dan benar, maka itu akan rumit untuk dipahami sebangsanya,” ucapnya.

Sekarang marak terjadi persoalan pencemaran nama baik, berita hoaks, dan semacamnya. Dalam hematnya, hal itu terjadi karena banyak dari kita yang kurang bijak dalam berbahasa.

Lebih jauh ia mengingatkan bahwa media sosial adalah media bersama, bukan media pribadi. Sehingga diharapkan para siswa dan generasi muda pada umumnya dapat menggunakannya secara bijak dengan berbahasa yang baik dan santun. [FL]

Baca juga Komitmen Anak Korban dan Pelaku Terorisme untuk Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *