02/11/2020

Najwa Shihab: Literasi Digital untuk Perdamaian

Aliansi Indonesia Damai- Duta Baca Indonesia, Najwa Shihab, mengajak generasi muda Indonesia untuk meningkatkan budaya literasi. Nana, demikian sapaan akrabnya, merasa prihatin atas kondisi pelajar kita yang tingkat literasinya masih tergolong rendah. Indonesia termasuk negara paling bawah dalam indeks budaya literasi di dunia.

“Penting untuk memiliki kemampuan literasi, terutama digital, untuk bisa memilih dan memilah informasi,” ujar Nana saat berorasi dalam Kongres Nasional Pemuda untuk Perdamaian Indonesia yang digelar AIDA secara daring, Selasa (27/10/2020). Kegiatan ini diikuti ratusan siswa dari pelbagai SMA di Indonesia.

Baca juga Baiat Pemuda untuk Perdamaian Indonesia

Nana menghimbau para pelajar untuk menyaring segala informasi yang berkembang di media sosial secara cermat. “Karena sekali lagi, hoaks, virus, dusta, dan kekerasan itu kadang-kadang dipicu oleh betapa gampangnya kita termakan informasi yang tidak kita uji, tidak kita telaah, dan tidak kita cek dengan berbagai sumber yang lain,” kata jurnalis senior ini.

Salah satu fakta yang membuatnya prihatin dan sedih adalah keterlibatan anak muda dalam aksi kekerasan di Indonesia. “Sedih rasanya ketika mendengar kabar pelajar saling bully, atau membaca hasil riset banyak pelajar yang setuju melakukan aksi bom bunuh diri sebagai sarana untuk jihad,” ucap putri ulama ahli tafsir kenamaan, Quraish Shihab, itu.

Baca juga Komitmen Anak Korban dan Pelaku Terorisme untuk Perdamaian

Terlebih ia pernah meliput langsung tragedi pengeboman yang terjadi dua tahun silam di Surabaya, di mana sebagian pelakunya masih sangat muda. “Waktu itu salah dua di antaranya masih remaja, usia 18/16 tahun. Rasanya hancur hati ketika tahu semuda itu melakukan tindakan yang menghancurkan kemanusiaan,” katanya.

Karena itulah, menurut dia, generasi muda harus kritis dalam menyikapi segala hal yang diyakini sebagai prinsip hidup. Ia mencontohkan doktrin jihad. Dalam Islam, topik jihad ini sangat panjang diskusi dan perdebatannya.

Lebih jauh Nana meminta para pelajar untuk memanfaatkan waktu secara optimal untuk belajar dan membaca. Pasalnya, semakin banyak belajar semakin kita sadar bahwa pengetahuan kita masih sangat sedikit. Dengan begitu, kita selalu akan mencari dan tidak akan percaya buta pada satu hal, karena ada begitu banyak alternatif dan penafsiran atas topik tertentu.

Baca juga Semangat Siswa Lampung Menebar Damai

Dalam hemat Nana, maraknya penggunaan internet sebagai media belajar saat ini bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan kemampuan literasi digital. Sebab tak semua sumber bersifat kredibel dan akurat. Karenanya kemampuan literasi menjadi kunci untuk terus memelihara sikap kritis dan memantik sikap masyarakat Indonesia untuk terus belajar.

“Literasi pada dasarnya adalah kemampuan menerima, mengolah, terutama menguji informasi. Jadi kita jangan gampang termakan propaganda. Orang yang disebut pelajar dan mengaku terpelajar itu adalah orang yang selalu mau belajar. Membaca sebanyak mungkin, diskusi sesering mungkin,” katanya memungkasi. [LADW]

Baca juga Generasi Tangguh Belajar dari Pengalaman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *