Dialog Siswa SMAN 6 Surakarta dengan Penyintas Terorisme
Aliansi Indonesia Damai- Dalam rangka menumbuhkan semangat ketangguhan di kalangan pelajar, AIDA menggelar Dialog Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh di SMAN 6 Surakarta, Selasa (19/01/2021). Puluhan siswa mengikuti kegiatan yang digelar secara daring itu.
Salah satu narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini adalah Wartini, istri mendiang Syahromi, korban Bom Kuningan 2004. Syahromi bekerja sebagai petugas keamanan di kantor Kedubes Australia di Jakarta.
Pada Kamis 9 September 2004, bom mobil meledak tak jauh dari tempatnya berjaga. Akibatnya, ia mengalami cedera parah. Rangkaian pengobatan telah dijalaninya. Namun takdir berkata lain. Dua tahun usai peristiwa itu, ajal menjemput Syahromi.
Baca juga Dialog Siswa SMK Bhinneka Karya Surakarta dengan Penyintas Terorisme
Kala itu, Wartini masih mengandung janin berusia 6 bulan di kandungannya dan dua anak lainnya beranjak remaja. Ia sempat marah dengan para pelaku pengeboman. Nyaris saja ia putus asa karena tak mengerti harus berbuat apa.
“Awalnya saya tidak mau memaafkan. Sampai anak-anak saya pun tidak mau memaafkan. Saya pikir panjang lagi. Saya merenungi. Kemudian saya ngomong ke diri sendiri. Untuk apa saya dendam, toh suami saya enggak mungkin kembali lagi. Yang penting sekarang saya jalani hidup saya,” ucap Wartini.
Baca juga Inspirasi Damai Siswa SMK Muhammadiyah Sukoharjo
Wartini juga menyadari bahwa nasib dan masa depan anak-anaknya sangat bergantung kepadanya. Ia memutuskan bekerja serabutan asalkan halal Pernah hanya digaji 20 ribu sehari. Ia menerima berapa pun rezeki yang didapatkan asalkan bisa menafkahi anak-anaknya dengan cara yang halal. Perjuangan itu membuahkan hasil. Anak pertamanya telah menikah. Anak keduanya sudah tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi di Ibu Kota, sementara si bungsu masih di bangku SMP.
Salah seorang siswa mengaku sangat terinspirasi Wartini yang mampu memaafkan pelaku meskipun kehilangan sosok terkasih yang menjadi tulang punggung keluarga. Menurut dia, belajar dari kisah Wartini, kita harus bisa bersyukur dalam keadaan sulit atau keadaan yang gampang sekalipun.
Baca juga Dialog Siswa SMAN 6 Surakarta dengan Mantan Ekstremis
“Kita tidak boleh lupa untuk bersyukur kepada Tuhan karena apa pun sudah menjadi jalan yang terbaik bagi kita semua. Karena sudah diatur oleh Tuhan. Kita juga harus bisa saling memaafkan walaupun itu membutuhkan waktu yang lama. Kita sebagai manusia juga memiliki salah, sehingga sebaiknya kita bisa memaafkan satu dengan yang lain,” ujarnya di sesi akhir kegiatan. [WTR]