Ibroh dari Rekonsiliasi Korban dan Mantan Teroris
Aliansi Indonesia Damai- Rekonsiliasi antara korban terorisme dan mantan pelakunya layak menjadi pembelajaran untuk membangun perdamaian Indonesia yang berkelanjutan. Kesediaan meminta dan memberikan maaf di antara kedua belah pihak mengundang simpati kalangan aktivis Aisyiyah Yogyakarta.
Menurut Ketua Majelis Hukum dan HAM Pengurus Wilayah Aisyiyah DIY, Puji Utami, rekonsiliasi antara korban dan mantan pelaku mengandung begitu banyak pembelajaran hidup bagi masyarakat luas. Hal itu tecermin dari adanya kesabaran, keikhlasan, pemaafan serta kepasrahan total pada kehendak Allah SWT.
Baca juga Pertobatan Teroris di Mata Aktivis Aisyiyah
“Kita dapat membuka mata untuk mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Adanya kesabaran, menerima kegagalan, keikhlasan menerima musibah, penerimaan atas qadha dan qadar Allah, serta pemaafan,” kata Puji saat menjadi narasumber dalam pengajian daring dan diskusi buku yang digelar AIDA bersama PW Aisyiyah DIY beberapa waktu lalu.
Dalam pandangan Puji, rekonsiliasi itu membuka kesadaran bahwa perdamaian harus selalu diperjuangkan. Ia lantas mengajak masyarakat untuk menerima pertobatan mantan pelaku terorisme. Hal itu juga menjadi bagian dari tanggung jawab Aisyiyah untuk membina mereka yang pernah terjerumus ke jalan kekerasan.
Baca juga Dakwah Perdamaian sebagai Peran Keumatan Aisyiyah
Puji mengaku kagum atas keberanian mantan teroris mengakui kesalahan dan meminta maaf secara tulus kepada korbannya. Tak mudah melakukan hal itu karena butuh ketangguhan mental dan tantangan yang besar, terutama dari kelompok ekstrem itu sendiri. “Luar biasa. Bertobat atas aksi yang dilakukan. Adanya pengakuan dan meminta maaf secara tulus, bukan keterpaksaan, bahkan menemui korban. Itu butuh ketangguhan mental,” ungkapnya.
Sementara dari sisi korban, Puji melihat bahwa pihak yang paling terdampak dari aksi-aksi terorisme sejatinya adalah korban. Sebagian korban harus menjadi yatim karena ditinggal oleh orang tuanya. Sementara sebagian yang lain mengalami perubahan sosial secara total, karena kehilangan sebagian fisiknya, pekerjaan, harta benda, sampai trauma bertahun-tahun.
Baca juga Membangun Perdamaian dengan Cerita
Puji lantas mengajak masyarakat, khususnya warga Aisyiyah untuk mengambil pembelajaran dari kisah kedua belah pihak. “Ini harus menjadi perhatian kita semua. Kekerasan dalam peledakan bom ternyata berdampak luar biasa. Rekonsiliasi korban dan pelaku itu sangat butuh hati, pikiran, dan keberanian yang sangat kuat. Ada proses panjang memantapkan hati untuk menyadari arti memaafkan, menyadari setiap manusia pasti melakukan salah dan khilaf, juga memahami arti dari qadha dan qadar Allah,” katanya. [AH]
Baca juga Islam Rahmat Identik Perdamaian