13/03/2021

Terorisme Menyengsarakan Korban dan Pelakunya

Aliansi Indonesia Damai- Tindakan terorisme oleh sebagian pelakunya mungkin dipicu niat yang baik, namun dilakukan dengan cara-cara yang salah. Karena tidak mendapatkan informasi dan pengetahuan yang tepat, pelaku terorisme justru menyengsarakan kehidupan korban sekaligus pelakunya sendiri.

Demikian diungkapkan Ketua Pengurus AIDA, Hasibullah Satrawi, saat menjadi narasumber dalam seminar sehari “Halaqah Perdamaian: Belajar dari Kisah Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” yang digelar AIDA secara daring, akhir Februari lalu.

Baca juga Peran Perguruan Tinggi Menangkal Ekstremisme

Menurut Hasibullah, sebagian pelaku terorisme mulanya ingin membantu saudara-saudara muslim yang terzalimi di wilayah tertentu. Namun karena tak bisa berangkat ke sana, ia lantas melakukan aksi teror di wilayah lain sebagai bentuk pembalasan (kisas). Walhasil ideologi kekerasan membuat niat baik tertutupi dan justru menjerumuskannya pada aksi-aksi tak berperikemanusiaan.

“Sebagian besar para pelaku terorisme awalnya tidak semua jahat, karena mereka resah akan ketidakadilan agama, ekonomi, sosial, dan keputusan-keputusan politik. Akan tetapi mereka justru keliru atas ideologi yang mereka pahami. Ada niat baik, tapi caranya keliru,” ujar Hasibullah.

Baca juga Dekan FISIP Unsoed: Terorisme Tantangan Bersama

Ia menjelaskan, terorisme adalah tindakan kejahatan luar biasa sehingga penanganannya pun harus dilakukan secara khusus. Oleh sebab itu, Hasibullah mengajak masyarakat untuk sadar akan bahaya terorisme karena setiap orang potensial menjadi korban sekaligus pelakunya. “Kita semua mestinya punya kesadaran tentang potensial konflik kekerasan ini,” katanya.

Hasibullah menambahkan bahwa terorisme juga tidak identik dengan simbol dan pakaian. Seseorang tidak bisa ditengarai terpapar paham ekstrem lantaran baju atau tanda-tanda fisiknya. Salah satu indikator seseorang terpapar ekstremisme adalah ketika mulai mengkafirkan muslim lain, bahkan menghalalkan darahnya serta tidak mau berbaur di luar kelompoknya.

Baca juga Berjemaah Membangun Damai

“Saya anjurkan setelah kegiatan ini tidak stereotipe terhadap terorisme. Jangan mencela orang yang tidak menyembah Allah dan jangan mencela orang yang beda menyembah Allah,” ungkap alumni Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu.

Ia berharap diskursus akademik di Perguruan Tinggi kembali dihidupkan dan diperkuat. Pemahaman apa pun layak didiskusikan, namun jika telah mengarahkan pada aksi-aksi kekerasan, maka harus ditinggalkan. “Nalar akademis ditingkatkan dengan batasan tidak sampai pada tahap kekerasan, agar nilai-nilai moral terus terjunjung tinggi,” tuturnya [AH]

Baca juga Menumbuhkan Semangat Persaudaraan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *