Perjuangan Mahasiswa Menuju Negara Paripurna
Aliansi Indonesia Damai- Mahasiswa merupakan harapan sekaligus cerminan dari masa depan bangsa Indonesia. Kontribusi mahasiswa diharapkan makin nyata dalam pembangunan perdamaian demi mewujudkan negara Indonesia yang paripurna.
Demikian disampaikan Deputi Direktur AIDA, Laode Arham, saat memberikan sambutan dalam Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya, beberapa waktu lalu. Acara yang digelar AIDA bekerjasama dengan Lembaga Pers Mahasiswa Rekursif Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto itu diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai departemen dan fakultas.
Baca juga Mahasiswa Unsoed Meneladani Ketangguhan Penyintas
Laode mengatakan, bila perjuangan dan gerakan mahasiswa di era Orde Baru adalah mereformasi era ketertutupan menuju demokrasi, maka perjuangan mahasiswa kini semestinya mewujudkan negara yang paripurna, yaitu negara yang tertib, aman, damai dan kehidupan masyarakat sejahtera. Hal itu menurut Laode tercermin dari amanat konstitusi dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
“Saya ingin mengingat saat kuliah dulu. Masa itu pemuda menjadi agent of changes menuju era reformasi. Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa perjuangan sudah berbeda. Masyarakat dan negara harus kembali kepada khittahnya, kenapa dulu negara ini didirikan, sebagaimana tertuang dalam konstitusi kita,” ujar mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Yogyakarta itu.
Baca juga Dialog Mahasiswa Unsoed dengan Penyintas Bom Bali
Menurut Laode, perjuangan tak ada hentinya. Setiap zaman, Indonesia dihadapkan pada tantangan yang berbeda-beda. Mutakhir ini dalam pandangan Laode, tantangan muncul dari kelompok yang memiliki keyakinan bahwa kekerasan merupakan tindakan yang dibenarkan. Ironisnya, kekerasan itu berdalih atas nama ajaran agama. “Mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, termasuk dengan cara pengeboman dan kekerasan,” ungkap Laode.
Dampak kekerasan tersebut luar biasa destruktif, terutama yang harus dialami oleh para korban yang tidak tahu apa-apa. “Di sana mereka melakukan agitasi, propaganda, lalu melakukan rekrutmen dan menciptakan ribuan orang korban pengeboman. Hasil perbuatan mereka merugikan negara triliunan jumlahnya. Banyak korban yang nyawanya melayang. Ini merupakan hambatan kemajuan negara kita,” ujarnya.
Baca juga Berbagi Pengalaman Bertemu Korban dan Pelaku Terorisme
Oleh karena itu, Laode berharap diskusi tersebut menjadi momentum refleksi bersama tentang arah perjuangan generasi muda. Harapannya, generasi muda mampu membawa Indonesia menjadi negara paripurna. “Diskusi ini menjadi refleksi bersama. Kita diharapkan dapat mengambil pembelajaran dari narasumber dan nanti ketika kembali berkiprah di kampus, kita bisa merefleksikan kembali ke mana arah perjuangan mahasiswa sebenarnya,” ujarnya. [AH]