17/06/2021

Dialog Mahasiswa ITT Purwokerto dengan Eks Napiter

Aliansi Indonesia Damai– Bekerja sama dengan Bidang Kemahasiswaan Institut Teknologi Telkom (ITT) Purwokerto, AIDA menghelat “Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya” secara daring pada akhir Mei lalu. Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Mukhtar Khairi, mantan narapidana terorisme (napiter).

Mukhtar berbagi kisah hidupnya yang pernah terjerat dalam jaringan ekstremisme kekerasan. Ada banyak faktor yang membuatnya tertarik saat itu, antara lain kepeduliannya terhadap umat Islam yang tertindas di belahan negeri lain dan keinginan besar untuk membela mereka. Atas ajakan kakaknya, Mukhtar mengikuti kajian salah satu kelompok yang melegalkan kekerasan dan menganggap aparat negara sebagai musuh. Ia juga mengikuti pelatihan semimiliter.

Baca juga Menyelesaikan Krisis Menghindari Ekstremisme

Karena ulahnya, Mukhtar dihukum penjara selama beberapa tahun di Lapas Cipinang Jakarta. Selama masa hukuman, Mukhtar banyak merenung dan mengkaji kembali pemahamannya. Lambat laun ia memutuskan meninggalkan penuh kelompok lamanya dan kini memilih menjadi aktivis perdamaian.

“Jika dahulu jihad hanya diartikan berperang dan mendapatkan kemampuan menggunakan senjata, maka jihad sekarang harus diartikan secara lebih luas. Dan tidak boleh malah membolehkan kekerasan,” ucapnya.

Baca juga Meluruskan Nalar Konspiratif Terorisme

Kepada Mukhtar, salah seorang peserta menanyakan pandangannya atas serangan teror yang menyasar rumah ibadat. “Bagaimana kita merespons serangan di tempat ibadat? seakan pelaku ingin mengadu domba dalam hubungan umat beragama,” katanya.

Menurut Mukhtar, tak cukup publik mengutuk setiap aksi terorisme. Lebih dari itu, khususnya para pemuka agama harus memberikan pencerahan dan upaya pencegahan agar teror tidak terjadi lagi. “Ulama harus menyatakan berlepas diri. Karena mereka adalah tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh,” katanya.

Baca juga Dialog Mahasiswa ITT Purwokerto dengan Penyintas Bom Kuningan

Pada saat bersamaan pemerintah harus lebih aktif dalam melakukan pencegahan penyebaran pemahaman yang keliru. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati. “Program pencegahan harus diberikan kepada berbagai elemen masyarakat yang belum terpapar,” ucapnya.

Peserta lain menanyakan tips agar mahasiswa tidak terpapar paham prokekerasan? Dalam hemat Mukhtar, sangat penting bagi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan yang bernilai positif dan bisa menumbuhkan kesadaran arti pentingnya perdamaian.

Selain itu pemahaman keagamaan yang washatiyah harus terus digaungkan. “Cara yang saya lakukan adalah dengan mengajak teman-teman untuk memperdalam pemahaman Islam yang washatiyah,” ujarnya memungkasi. [FS]

Baca juga Warek ITT Purwokerto Ajak Mahasiswa Lestarikan Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *