Dialog Siswa SMAN 3 Blitar dengan Penyintas Bom Bali
Aliansi Indonesia Damai- AIDA menggelar Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 3 Blitar beberapa waktu lalu. Kegiatan ini bagian dari safari kampanye perdamaian AIDA di sejumlah SMA di Blitar, Jawa Timur.
Salah satu narasumber yang hadir yaitu korban Bom Bali 2002, Nyoman Rencini. Perempuan yang akrab disapa Rencini ini kehilangan suaminya akibat tragedi kemanusiaan tersebut. Akibatnya ia harus tegar membesarkan anak-anaknya yang masih kecil seorang diri.
Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Blitar (Bag. 1)
Ia mengisahkan suka duka perjuangannya sebagai single parent yang merangkap dua peran sekaligus. Pagi sebagai ibu yang harus menyiapkan kebutuhan anak-anaknya, sore hingga malam harus bekerja mencari rezeki.
“Pekerjaan apa saja saya lakoni. Dari buka warung, berjualan di dermaga, sampai buka usaha laundry. Jujur perjuangan kami untuk bertahan hidup sangat berat. Tapi demi anak, saya terus menguatkan diri,” tutur Rencini.
Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Blitar (Bag. 2)
Pada akhir paparannya, Rencini berpesan kepada siswa-siswi SMAN 3 Blitar agar senantiasa menjaga perdamaian. “Hidup ini memang ada konflik, perbedaan argumen. Tapi siapa yang mengharapkan kehancuran? Tidak ada orang yang mengharapkan kehancuran. Kalau kita tidak bijak, kehancuran akan meluas. Jadi anak-anak, belajarlah bijak menyikapi semua keadaan,” ujarnya.
Merespons kisah Rencini, salah seorang peserta bertanya, apakah ia sempat merasakan trauma akibat peristiwa tragis yang menimpa suaminya. Rencini menjelaskan, dirinya cukup lama mengalami ketakutan melihat api. Ia teringat kobaran api setelah ledakan bom di kawasan Legian Kuta Bali, 12 Oktober 2002. Setiap kali ia mencoba menyalakan kompor, ia selalu ketakutan. Namun perlahan trauma tersebut menghilang.
Baca juga Dialog Siswa SMK Islam 1 Blitar dengan Penyintas Bom Kampung Melayu
Meskipun begitu, Rencini mengaku tidak pernah menyimpan dendam kepada pelaku. “Saya memang mengalami trauma. Tapi dari awal peristiwa itu terjadi sampai sekarang, saya tidak pernah mendendam kepada pelaku. Ada kepikiran untuk mendendam pun tidak,” ucapnya.
Peserta lainnya menyampaikan pembelajaran ketangguhan dari kisah Rencini. “Hikmah yang saya dapatkan dari kisah Ibu Rencini, jangan menyerah dengan keadaan, sesulit apa pun itu! Kita harus bangkit dan terus menjalani hidup. Tidak terlalu larut dalam kesedihan dan meratapi kepergian seseorang yang tidak pernah kembali lagi,” katanya. [FAH]
Baca juga Dialog Siswa SMK Islam 1 Blitar dengan Mantan Ekstremis