Membentengi Kampus dari Ekstremisme
Aliansi Indonesia Damai- Ketua Program Studi Doktor Sosiologi, Universitas Brawijaya Malang, Ali Maksum, menekankan pentingnya memahami agama Islam dengan benar. Pasalnya banyak persepsi keliru mengenai Islam yang dikaitkan dengan kelompok ekstrem dan terorisme.
“Persepsi masyarakat tentang terorisme itu identik dengan Islam, bom, dan kekerasan. Tapi itu hal yang keliru, karena Islam itu mengajarkan perdamaian, kasih sayang, menghormati hak asasi manusia,” jelas Ali Maksum dalam seminar perdamaian bertema “Belajar dari Rekonsiliasi Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” di Gedung Nuswantara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Malang, 19 Februari 2020.
Baca juga Menghindari Paham Ekstremisme di Media Sosial
Ali Maksum mengajak mahasiswa untuk tidak berlebihan dalam segala hal, termasuk berlebihan dalam beragama. Ia juga mengingatkan mahasiswa untuk menjauhi paham ekstremisme, karena ekstremisme kekerasan bisa merusak persatuan dan kerukunan di antara masyarakat. “Ekstremisme ini menjadi perhatian yang besar karena mengajarkan kekerasan, memicu terjadinya terorisme, membahayakan bagi negara, mengganggu stabilitas dan kerukunan, dan dapat menyebar ke kalangan siswa, remaja, bahkan mahasiswa,” ungkapnya.
Dalam pemaparannya, Ali menjelaskan bahwa kampus merupakan salah satu tempat yang menjadi sasaran paham ekstremisme. Karena itu ia mengajak mahasiswa untuk membentengi diri dari paham kekerasan tersebut. “Kampus rawan terpapar karena mahasiswa merupakan individu yang mudah dipengaruhi, memiliki keingintahuan yang sangat tinggi, kelompok terdidik, dan juga pengguna media sosial terbanyak”, tambah Ali menguatkan argumennya.
Baca juga Saatnya Mahasiswa Menebar Damai
Dalam hematnya, pemicu ekstremisme secara umum karena beberapa faktor, di antaranya adalah ideologi, ekonomi, politik, hukum, dan kebencian terhadap aparat dan negara. Sebagian kalangan pun mempunyai persepsi keliru mengenai terorisme yang dianggap berasal dari ajaran agama. “Itu adalah persepsi yang salah,” tutur Ali.
Di akhir pemaparannya, Ali menyarankan mahasiswa untuk bersikap tidak berlebihan, yakni tidak ekstrem kiri maupun ekstrem kanan. Menurutnya, sikap tidak berlebihan merupakan ajaran Islam yang menekankan pada perdamaian.
Kegiatan seminar ini dihadiri perwakilan mahasiswa dari sejumlah kampus di Jawa Timur, antara lain mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Universitas Islam Negeri Surabaya, Universitas Airlangga, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas Negeri Jember, Universitas Islam Negeri Malang. [NOV]
Baca juga Sudjarwo Bangkit Kembali Merajut Mimpi