Penyintas Bom Kampung Melayu: Berprasangka Baik Atas Takdir (Bag. 2-Terakhir)

Tasdik diminta berpindah ke sepeda motor polisi agar lebih cepat tiba di rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, ia melihat banyak korban luka yang sedang mendapatkan penanganan dokter. “Saya langsung mendapatkan pertolongan pertama. Punggung, kaki, tangan semua mendapatkan banyak jahitan. Kemudian di-rontgen dan scan,” ujarnya.

Karena cedera di bagian tangan kanan cukup parah, keesokan harinya dokter memutuskan untuk melakukan operasi. Otot tangan kanan Tasdik ternyata putus. Ia harus menjalani rawat inap selama seminggu, selebihnya perawatan jalan dan terapi rutin. “Saya tidak bekerja selama 1 bulan karena luka cukup parah. Selain itu, saya harus kontrol untuk pemulihan luka dan trauma,” paparnya.

Baca juga Penyintas Bom Kampung Melayu: Terkena Ledakan Kala Menolong Korban (Bag. 1)

Tasdik belum memberitahu keluarganya di kampung halaman atas apa yang menimpanya. Keluarga baru mengetahuinya setelah menyaksikan berita di layar televisi. Nama Tasdik Saputra tertulis sebagai salah seorang korban. “Ibu saya di Pemalang tahu dari TV. Akhirnya beliau ke Jakarta untuk memberi support saya,” ujarnya.

Selama masa pemulihan luka, Tasdik merasa sendiri. Sesama korban belum saling mengenal. Ia hanya mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya. Sekitar dua tahun pascakejadian, ia diajak oleh salah seorang kawannya sesama korban Bom Kampung Melayu untuk menghadiri undangan kegiatan AIDA. Dari situlah ia banyak berkenalan dengan korban lain.

Baca juga Boleh Cacat Fisik asal Tak Cacat Ilmu

“Bertemu AIDA, saya dapat teman dan suasana baru. Ternyata korban bom tidak sendirian. Ada salah satu korban yang lebih dulu kenal AIDA, akhirnya saya bergabung dan kembali bersemangat,” ungkap Tasdik.

Sampai sekarang, rasa nyeri dan ngilu di bagian tangannya terkadang muncul karena memang kondisinya sudah tidak utuh seperti dulu. Atas apa yang menimpanya, Tasdik tidak menaruh dendam terhadap pelakunya. Toh dendam tidak akan mengembalikan apa pun.

Baca juga Menjadi Korban karena Menyelamatkan Korban

Ia memilih berpikir positif. Boleh jadi pelaku tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah kesalahan. Ia meyakini bahwa semua perbuatan manusia di dunia ini pasti ada balasannya. “Pemerintah sendiri pasti sudah punya aturan hukum dan di akhirat pasti ada balasan,” katanya.

Menurut dia, musibah yang menimpanya merupakan ketentuan Allah yang harus diterimanya. “Semua pasti tidak ingin menjadi korban. Tapi saya sendiri kalau bertemu pelaku tidak dendam. Saya berpikir positif kepada Allah SWT,” ujarnya.

Baca juga Keikhlasan Penyintas Bom Kampung Melayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *