Determinasi Diri Penyintas Bom Kuningan

Nyaris saja ia gagal menamatkan pendidikan profesi akuntannya.  Ledakan bom membuat fisiknya cedera parah dan memicu trauma psikis mendalam. Namun determinasi diri yang kuat menjadi kunci kebangkitan Albert Christiono Simatupang dari keterpurukannya. Ia memang tak pernah lupa dengan peristiwa itu, tapi enggan meratapinya.

September 2004, Albert masih berstatus mahasiswa tingkat akhir salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Jakarta. Karena libur kuliah, ia membantu pekerjaan orang tuanya. Sang ayah memintanya untuk mengambil dokumen dari kolega di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Ia berangkat dengan bis kota.

Baca juga Membangun Budaya Damai dari Rumah

Saat mendekati kantor Kedutaan Besar Australia di jalan HR Rasuna Said Kuningan, Albert mendengar suara ledakan yang sangat keras. Saking kencangnya ledakan, bis yang ditumpanginya seperti terangkat dari aspal jalan dan berhenti mendadak. Para penumpang selekasnya keluar dan turun dari bis. Albert sendiri merasakan ada sesuatu di kepalanya. Ternyata darah telah mengucur deras dari sela-sela rambutnya.

Oleh seorang pengemudi ojek, Albert diantarkan ke rumah sakit terdekat. Setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan logam dan gotri yang menancap di kepala Albert.  Benda-benda asing itu harus segera dikeluarkan untuk mengantisipasi risiko yang lebih besar. Namun pihak rumah sakit tidak mempunyai peralatan operasi yang memadai. Walhasil ia dirujuk ke rumah sakit lain.

Namun sebelum beralih ke rumah sakit lain, Albert meminta tolong kepada tenaga medis untuk menghubungi keluarganya. Keluarga pun datang dan membawa Albert ke salah satu rumah sakit di kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Dengan persetujuan orang tua, Albert menjalani operasi hari itu juga. Syukurnya berjalan lancar.

Baca juga Mewarnai yang Muda

Albert memendam harapan besar untuk sembuh. Pada masa pemulihan, ia kerap mengingat tentang ajaran pengharapan yang disampaikan oleh seorang pendetanya. Keluarga juga setia mendampinginya selama perawatan di rumah sakit. Sekitar 23 hari ia menjadi pasien inap.

Usai musibah itu, Albert mengaku ada perubahan mental yang dirasakannya. Ia menjadi cepat marah dan terkadang tidak terkontrol. Perubahan tersebut juga dirasakan oleh keluarga dan teman-temannya di Gereja. Selain itu Albert juga mengalami trauma. Ia kerap merasa ketakutan ketika melihat mobil box. Maklum, bom yang meledak di depan Kedubes Australia bersumber dari mobil box yang sempat dilihat Albert saat mencegat bis kota. Trauma itu sangat sulit dihilangkan.

Kendati demikian ia terus memotivasi diri untuk bangkit dari segala permasalahan yang menderanya. Dalam konteks ini Albert melakukan apa yang disebut sebagai self determination (determinasi diri), yaitu suatu perilaku yang ditandai dengan komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan tertentu meskipun ada hambatan dan kesulitan.

Baca juga Meneladani Kesabaran Ramdhani

Albert berkonsultasi dengan dokter ahli jiwa untuk mengobati traumanya. Ia juga melakukan konseling psikis, salah satunya dengan Yayasan Pulih. Berkat motivasi yang kuat dalam diri Albert dan konsistensinya menjalani terapi, lambat laun trauma tersebut menghilang.

Dalam konsep self determination, faktor yang sangat berpengaruh adalah motivasi instrinsik, yaitu faktor dari dalam diri Albert. Kendati tidak bisa dinafikan faktor ekstrinsik juga memberikan sumbangsih atas kebangkitannya, seperti dukungan dari keluarga, teman-teman mahasiswa, dan Gereja. Namun keinginan kuat untuk sembuh dan bangkit berangkat dari diri Albert sendiri.

Cita-cita Albert telah terwujud. Ia berhasil menamatkan pendidikan profesinya dan kini bekerja di salah satu kantor akuntan publik di Jakarta. Peristiwa kelam 15 tahun silam tak mungkin dilupakannya. Namun ia mengaku telah ikhlas menerimanya sebagai ketentuan Tuhan yang memang dialamatkan untuknya.

Baca juga Jihad dan Budaya Dialog

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *