Peristiwa Iman sebagai Pendewasaan
Aliansi Indonesia Damai – Rentetan ledakan bom menerjang Surabaya pada 13 dan 14 Mei 2018. Untuk memeringati peristiwa kelam itu, idenera.com menggelar acara Refleksi 2 Tahun Peristiwa Bom Surabaya. Kegiatan yang dilakukan secara daring itu menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Aan Anshori, Kordinator Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD).
Menurut Aan, sebagai sebuah peristiwa iman, teror bom yang melanda Kota Pahlawan berhasil mendewasakan banyak pihak, khususnya para korban, sehingga banyak pembelajaran yang bisa dipetik dalam duka dan penderitaan. Baginya penderitaan harus dikelola secara baik agar tidak memunculkan dendam.
Baca juga Mendengar Penuturan Pendamping Korban Bom Surabaya
Ia mengakui bahwa peristiwa ini dipicu oleh rasa kebencian. Ada sebagian orang yang memendam kebencian terhadap kelompok-kelompok tertentu tetapi tidak mau mendiskusikannya sehingga yang muncul kemudian adalah aksi-aksi kekerasan.
Karena itulah, dalam hemat Aan, meski peristiwa dua tahun silam itu sangat pahit dan menjadi aib bagi Surabaya, namun tidak perlu ditutup-tutupi. Sebaliknya harus dihadapi dan dibicarakan, demi memutus mata rantai dendam itu. “Aib itu tidak untuk ditutupi, aib untuk didiskusikan dan diolah agar tidak ada lagi kejadian yang serupa,” katanya.
Baca juga Peristiwa Iman untuk Pemaafan
Ia mengapresiasi semua pihak yang terdampak serangan tersebut, baik secara langsung maupun tak langsung, khususnya umat Nasrani yang sangat baik dalam memahami persoalan ini. Mereka mau memaafkan kejadian pilu ini. Proses itu harus menjadi pembelajaran semua umat beragama, khususnya muslim yang mayoritas di negeri ini.
“Ketika kita tidak bersama-sama berangkulan untuk merawat peristiwa iman ini, sesungguhnya tidak ada lompatan besar dan signifikan sebagai kontribusi untuk proses pendewasaan” ucapnya. [NV]
Baca juga Dua Tahun Bom Surabaya: Ikhlas Obat dari Segala Obat