20/09/2024

Memaafkan, Melampaui Derita

Memaafkan adalah proses yang rumit dan mendalam. Tidak sekadar ucapan “aku maafkan” atau membiarkan peristiwa yang menyiksa berlalu seiring waktu. Memaafkan melibatkan banyak aspek psikologis yang mendalam dan beragam. Masing-masing dari elemen tersebut memiliki kemampuan untuk membuat seseorang merasa lebih nyaman dan bebas dari beban emosional yang dipicu rasa sakit yang dialaminya.

Secara psikologis, memaafkan memiliki kemampuan untuk mengubah emosi negatif seperti kemarahan, dendam, dan kebencian menjadi emosi yang lebih positif seperti pengertian, perdamaian, dan empati terhadap orang yang menyakiti kita.

Baca juga Menjaga Keharmonisan di Tengah Masyarakat

Memaafkan, menurut Enright (2001), adalah proses. Dalam laporan penelitiannya bertajuk Forgiveness is a Choice:  Step-by-Step Process for Resolving Anger and Restoring Hope, memaafkan mencakup beberapa proses, seperti merasakan dan mengidentifikasi rasa sakit, membuat keputusan untuk memaafkan, berjuang melalui emosi negatif, dan akhirnya mencapai penerimaan dan transformasi.

Riset Enright ini menunjukkan bahwa seseorang harus tahu mengapa dia marah, dendam, dan benci terhadap seseorang. Ini berarti bahwa seseorang harus dapat memahami alasan atau perilaku apa yang membuatnya marah, dendam, dan benci terhadap orang lain dengan begitu mendalam. Setelah menentukan alasan dan perilaku yang menyakiti, orang harus menemukan alasan kuat mengapa harus memaafkan orang yang menyakiti dan membulatkan tekad menerima apa yang terjadi.

Baca juga Hari Internasional bagi Korban Terorisme: Mengenang dan Menguatkan Semangat Kemanusiaan

Rangkaian proses ini tentu membutuhkan refleksi mendalam sehingga menemukan sumber masalah dan solusi yang tepat, baik masalah tersebut berasal dari konflik internal maupun eksternal diri seseorang. Bisa dipastikan ada rasa sakit yang akan dialami seseorang dalam proses penggalian akar masalah, karena nyaris sama dengan mengorek luka dalam yang telah tertutupi kulit baru.   

Manfaat memaafkan

Berbagai ahli telah menemukan bahwa proses memaafkan berdampak pada kesehatan mental dan hubungan sosial seseorang. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh McCullough, Pargament, dan Thoresen (2000), yang berjudul Forgiveness: Theory, Research, and Practice, menemukan bahwa memaafkan dapat berkontribusi secara signifikan pada kesejahteraan psikologis (kesehatan) seseorang.

Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa orang yang mampu memaafkan cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan kualitas hidup yang lebih baik meskipun mereka telah mengalami kekerasan fisik yang parah.

Baca juga Cyberbullying

Kendati memiliki banyak manfaat, prosesnya juga merupakan tantangan yang besar karena tidak mudah melampaui trauma, ketakutan, dan derita yang telah dialami. Namun sulit tidak berarti tak bisa sama sekali. Memaafkan tidak hanya melepaskan kemarahan dan kebencian yang mengikat, tetapi juga melepaskan beban penderitaan sekaligus membuka ruang bagi ketenangan dan kebahagiaan dalam diri seseorang.

Selain baik untuk diri pribadi, memaafkan dapat memperbaiki hubungan dengan orang lain dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis. Tindakan ini tidak hanya menunjukkan kekuatan dan kedewasaan emosional, tetapi lebih dari itu memberikan kesempatan untuk tumbuh dan melanjutkan hidup tanpa beban berat masa lalu.

Singkat kata, memaafkan itu menyembuhkan!

Baca juga Perjumpaan dengan Korban Mengubah Pemikiran Mantan Pelaku Terorisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *