Menyalakan Suluh Perdamaian Melalui Kisah Mantan Teroris dan Korbannya
Aliansi Indonesia Damai- Kisah-kisah tentang perjuangan kebangkitan korban terorisme dan pertobatan mantan pelaku ekstremisme kekerasan relatif jarang terdengar di ruang publik. Padahal kisah mereka dapat memberikan pembelajaran penting untuk perdamaian Indonesia dan dunia.
Hal ini diungkapkan Farha Ciciek, Pembina AIDA, saat memberikan sambutan dalam kegiatan bedah buku “La Tay’as: Ibroh dari kehidupan teroris dan korbannya,” di Jakarta beberapa waktu yang lampau.
Baca juga Suara Korban yang Jarang Terdengar
Buku yang ditulis Hasibullah Satrawi itu merupakan hasil refleksi dari proses panjang penulis mendampingi para korban bom dan mantan pelaku ekstremisme untuk berekonsiliasi, kemudian kedua pihak bahu-membahu mengampanyekan perdamaian.
Menurut Ciciek, langkah-langkah untuk menggemakan perdamaian dimulai dari dua unsur penting. Pertama, dari mereka yang pernah mengalami dampak buruk kekejaman aksi terorisme. Kedua, dari transformasi mantan teroris, yaitu dari jalan kekerasan ke jalan damai. Masyarakat dapat menyerap nilai-nilai luhur dari kisah-kisah itu. “Mereka adalah suluh hari ini, terutama bagi masa depan yang lebih baik lagi di Indonesia,” ujarnya.
Baca juga Rektor UIN Surabaya: Kekerasan Selalu Melahirkan Korban
Ciciek sendiri mengaku belajar banyak dari kedua pihak tersebut untuk membangun perdamaian di lingkungan terdekatnya. “Semua orang adalah guru bagi saya, entah itu dari pihak korban maupun mantan pelaku,” ucapnya.
Di kampung halaman suaminya, Jember, Jawa Timur, Ciciek mendirikan lembaga sosial Tanoker. Melalui Tanoker, Ciciek merangkai usaha memajukan masyarakat dengan pendekatan learning society melalui metode pendidikan, mulai dari anak usia dini hingga orang tua.
Baca juga Mahasiswi Brawijaya Belajar Kemanusiaan dari Korban
Ciciek berharap adanya kerjasama yang baik dan sinergis antara lembaga dan komunitas yang peduli terhadap perdamaian Indonesia. “Untuk menggerakkan suara perdamaian, perlu usaha untuk saling bahu-membahu dalam meruwat perdamaian dan menghindari paham kekerasan dengan melibatkan banyak pihak,” ucapnya. [FS]