28/05/2020

Rektor UIN Surabaya: Kekerasan Selalu Melahirkan Korban

Aliansi Indonesia Damai- Setiap aksi kekerasan atas nama apa pun hampir selalu menimbulkan korban tak bersalah. Karena itulah kekerasan tidak bisa menjadi solusi bagi permasalahan sosial dan harus dihindari.

Pandangan tersebut dikemukakan oleh Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Jawa Timur,  Masdar Hilmy, saat menjadi keynote speaker dalam kegiatan seminar perdamaian yang digelar AIDA di Malang beberapa waktu silam. Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Jawa Timur.

Baca juga Saatnya Mahasiswa Menebar Damai

Dalam paparannya, Masdar mengajak mahasiswa untuk tidak melakukan kekerasan fisik dan terus menjaga perdamaian Indonesia. Ia mencontohkan derita fisik yang dialami para korban terorisme sebagai dampak nyata aksi-aksi kekerasan. “Begitu kekerasan terjadi, semua hancur berantakan, banyak korban bergelimpangan. Ada yang kehilangan kaki, tangan, dan anggota tubuh lainnya. Bagi yang meninggal, mereka harus kehilangan orang-orang tercinta,” ujarnya.

Pelbagai aksi terorisme yang kerap kali mengatasnamakan perjuangan agama, terbukti justru merusak Islam itu sendiri. Pasalnya, korban yang terkena dampak dari aksi-aksi terorisme lebih banyak adalah seorang muslim. “Anda bisa lihat kehancuran yang disebabkan oleh perang dan kekerasan di Timur Tengah. Delapan dari korban kekerasan, tujuh di antaranya adalah umat muslim sendiri,” terangnya.

Baca juga Menghindari Paham Ekstremisme di Media Sosial

Guru Besar Sosiologi ini mengingatkan bahwa kehancuran suatu peradaban diawali oleh aksi-aksi kekerasan. Hal itu sebagaimana terjadi dalam sejarah peradaban umat manusia di mana peradaban besar sekalipun akan hancur bilamana konflik tak dikendalikan secara baik dan berujung pada kekerasan peperangan. “Kita bisa lihat kehancuran dinasti-dinasti besar dalam sejarah Islam, seperti Bani Umayah, Bani Abbasiyah. Semua karena kekerasan,” tegasnya.

Karena itu perdamaian di Indonesia menjadi tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Bila kekerasan terus dipelihara, tak dimungkiri, Indonesia juga bisa kehilangan kekayaan budayanya. “Andai kata di Indonesia terjadi kekerasan terus menerus, akan timbul kehancuran, maka tidak ada lagi warisan budaya leluhur kita. Tidak ada lagi candi-candi yang akan tersisa,” katanya.

Baca juga Membentengi Kampus dari Ekstremisme

Salah satu upaya untuk menjaga perdamaian menurut Masdar adalah dengan menghormati perbedaan yang ada. Selain itu, ia mengajak mahasiswa agar memaknai agama secara benar dalam bingkai perdamaian. “Jangan sampai kita tidak mau mengakui kelompok yang berbeda. Allah tidak mungkin memaksa orang menjadi seragam. Ayat Al-Qur’an jangan dijustifikasi untuk melakukan kekerasan,” katanya. [AH]

Baca juga Dari Mahasiswa untuk Perdamaian Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *