15/07/2020

Teroris Tak Dilihat dari Penampilan Fisik

Aliansi Indonesia Damai- Pelaku terorisme maupun penganut ekstremisme kekerasan tak bisa dilihat dari penampilan fisik, cara berpakaian, dan hal-hal simbolis lainnya. Hal yang harus diperhatikan adalah pemahaman dan perilakunya, seperti mudah menuduh orang lain kafir, menganggap demokrasi sebagai kesyirikan, dan cenderung eksklusif dalam pergaulan.

Alumni Pelatihan Perdamaian AIDA, Ananda Arif Amelya mengatakan hal itu dalam acara Forum Mahasiswa “Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya,” pada Selasa 13 Juli 2020. Kegiatan tersebut digelar AIDA secara daring dengan melibatkan puluhan mahasiswa Universitas Negeri Malang.

Baca juga Dari Mahasiswa untuk Perdamaian Indonesia

Menurut Ananda, banyak orang salah kaprah memahami pelaku terorisme di Indonesia, bahkan terjebak pada streotip dan stigma. “Banyak orang mengira muslim yang bercadar, berjenggot, diidentikkan dengan teroris. Padahal teroris tidak bisa hanya dilihat dari bentuk fisiknya,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Ananda berbagi pengalamanan kepada rekan-rekannya tentang lika-liku kehidupan mantan pelaku terorisme yang penuh dengan pembelajaran. Dia merasa beruntung bisa memeroleh informasi yang valid dari sumbernya.

Baca juga Mahasiswa Rentan Terpapar Ekstremisme

Mahasiswi Fakultas Ekonomi UM ini mengaku banyak mendapatkan pembelajaran dari perjalanan hidup pelaku terorisme, terutama ketika mereka insaf dan memilih jalan perdamaian. Salah satu pelajaran penting yang diperolehnya adalah bahwa agama tidak pernah mengajarkan perbuatan kekerasan. Namun karena salah memahami agama, banyak orang tersesat pada ideologi kekerasan. “Dari situ saya melihat bahwa yang salah bukanlah agamanya, tetapi ideologi dan pelakunya,” ujarnya.

Baca juga Komitmen Mahasiswa Jember untuk Perdamaian

Selain terinspirasi dari pertobatan mantan pelaku, Ananda juga mengaku salut dengan ketabahan korban, terutama ketika mereka tidak ingin membalas kekerasan dengan kekerasan. Dari kisah korban ia mengajak mahasiswa untuk membayangkan betapa berat menjadi korban terorisme. Mereka harus menderita lantaran rasa sakit kehilangan anggota tubuh dan bahkan keluarganya.

“Para korban itu tidak mau membalas dendam, termasuk bagaimana bisa ikhlas menerima musibah itu. Ada yang kehilangan anggota tubuhnya, kehilangan orang yang dia kasihi, namun mereka tidak ada yang membalas dendam,” katanya. [AH]

Baca juga Aktivis Unesa Ajak Mahasiswa Peduli Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *