Tidak Menjadi Generasi Rebahan
Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda, ikhtiar menyemai nilai-nilai perdamaian terus dilakukan AIDA. Pada Selasa, (18/08/2020), AIDA menggelar Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang dilaksanakan secara daring.
Kegiatan ini diikuti oleh 62 peserta dari tiga sekolah menengah atas di Surakarta, Jawa Tengah, yaitu SMAN 5 Surakarta, SMA Islam 1 Surakarta, dan SMAN 6 Surakarta. AIDA menghadirkan Iswanto, mantan pelaku ekstremisme kekerasan, dan Ni Luh Erniati, korban Bom Bali 2002, sebagai narasumber kegiatan.
Baca juga Menyemai Virus Perdamaian di SMAN 1 Klaten
Iswanto, pria asli Lamongan Jawa Timur ini, pernah terlibat langsung dalam aksi-aksi kekerasan di Poso dan Ambon saat konflik komunal meletus di sana. Kepada para peserta, Is, demikian sapaan akrabnya, berkisah tentang keterlibatannya dalam jaringan ekstremisme kekerasan sejak remaja. Namun ia lantas memutuskan hengkang sepenuhnya dari kelompok ekstrem.
Bersama AIDA dan Yayasan Lingkar Perdamaian (wadah eks kombatan dan narapidana terorisme), Iswanto kini getol mengampanyekan pentingnya perdamaian di bumi pertiwi. “Sangat penting memahami agama sebagai ajaran perdamaian, bukan permusuhan dan kekerasan, khususnya bagi para generasi muda,” ujarnya berpetuah.
Baca juga Milenial Harus Berpikiran Terbuka
Sedangkan Ni Luh Erniati berkisah tentang upayanya bangkit dari keterpurukan akibat peristiwa Bom Bali 2002. Serangan bom di Pulau Dewata 18 silam itu merenggut nyawa suaminya. Tak ayal Erni, sapaan akrabnya, harus menjalani peran sebagai orang tua tunggal bagi kedua buah hatinya yang kala itu masih sangat belia. Perjuangan Erni menuai hasil. Kini anak sulungnya telah lulus kuliah dan bekerja. Sementara putra bungsunya menempuh kuliah jenjang sarjana.
Nilai-nilai ketangguhan Iswanto dan Erni diulas oleh Ketua Pengurus AIDA, Hasibullah Satrawi, di sesi akhir acara. Menurut dia, orang tangguh bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, namun yang mau memperbaiki kesalahan masa lalunya. “Tangguh juga bukan orang yang tidak pernah terpuruk. Tangguh adalah orang yang mampu bangkit dan mengubah tangisannya untuk menjadi harapan bagi sebanyak-banyaknya orang,” ujarnya.
Baca juga Belajar Dari Ketangguhan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme
Hasib berharap agar para pelajar dapat mengambil pembelajaran dari kisah ketangguhan Iswanto dan Erni, terutama dalam situasi pandemi Covid-19 yang membuat kehidupan serba sulit. Kondisi ini tak boleh menjadi alasan bagi para pelajar untuk larut menjadi generasi rebahan. “Dalam keadaan apapun, generasi muda harus terus mengembangkan kualitas diri, demi mewujudkan jiwa tangguh kebangkitan bangsa di masa depan,” katanya. [FL]