29/08/2020

Suara Perdamaian dari Bumi Pasundan

Aliansi Indonesia Damai – “Apa pun musibah yang kita dapatkan dari orang lain, apa pun kejahatan yang kita terima dari orang lain, kunci awal untuk bisa memaafkan dan mencapai perdamaian adalah berdamai dengan diri sendiri. Karena nafsu amarah yang berada pada diri sendiri adalah penghalang terbesar untuk memaafkan orang lain.”

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh siswa SMAN 1 Padalarang, Jawa Barat, dalam kegiatan Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan AIDA pada Rabu (26/08/2020). AIDA menghadirkan Kurnia Widodo (mantan pelaku terorisme) dan Sucipto Hari Wibowo (korban Bom Kuningan 2004) sebagai narasumber. Pernyataan siswa tersebut merupakan pembelajaran dari kisah hidup keduanya.

Baca juga Meneladani Pertobatan Mantan Ekstremis

Kurnia Widodo berkisah perjalanannya bergabung dengan kelompok ekstremisme kekerasan hingga akhirnya bertobat dan memilih jalan perdamaian. Ia mengaku pernah terlibat dalam kelompok kekerasan karena pengaruh lingkungan pergaulan. Kini ia telah menemukan titik balik hidupnya dan mantap meninggalkan kelompok ekstrem. Ia bahkan bergabung dengan Tim Perdamaian AIDA.

“Agama itu mengajarkan kebaikan. Islam mengutamakan dakwah dengan baik, uswatun hasanah, dengan kelembutan. Jangan berpikir sempit dalam memahami Agama. Kita harus bisa membandingkan dengan pemikiran berbeda lainnya, sehingga wawasan kita bertambah,” ujarnya.

Baca juga Tidak Menjadi Generasi Rebahan

Sedangkan Sucipto membagikan kisah perjuangannya melampaui masa-masa pahit usai menjadi korban Bom Kuningan 2004 silam. Tak mudah baginya menghilangkan trauma juga memulihkan kondisi fisiknya seperti sedia kala. Ia mengaku, untuk bisa menerima musibah yang menimpanya membutuhkan waktu yang lama. Namun berkat motivasi dari keluarga dan orang tua, ia bisa sampai pada titik sekarang. “Kalau tidak berdamai dengan diri sendiri, komunikasi nggak enak, menempatkan diri serba nggak enak karena masih menyimpan dendam dan trauma. Setelah memaafkan, memang berdampak luar biasa. Komunikasi dengan lingkungan kembali baik dan trauma lama-lama menghilang,” ujarnya.

Baca juga Milenial Harus Berpikiran Terbuka

Di akhir sesi, fasilitator kegiatan, Farha Ciciek berpesan kepada para siswa yang mengikuti kegiatan daring ini. “Sampaikan suara perdamaian di mana pun, karena hanya dengan perdamaian kita bisa menikmati kehidupan,” katanya.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh AIDA dalam rangka mengampanyekan perdamaian di kalangan remaja. 59 siswa dari 3 sekolah di Bandung, yaitu SMAN 1 Ngamprah, SMAN 1 Padalarang, dan SMAN 8 Bandung terlibat aktif dalam kegiatan ini. [LADW]

Baca juga Belajar Dari Ketangguhan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *