28/08/2020

Bangkit untuk Membangkitkan

Sembari menahan rasa sakit, Agus Kurnia Sudrajat menuliskan bait-bait puisi. Dalam puisi itulah jiwanya berikrar untuk tidak lagi menyimpan dendam kepada orang yang telah membuat hidupnya nyaris hancur. Itu dilakukannya pada hari kelima setelah menjadi korban Bom Thamrin 2016 bersama dengan adiknya.

Agus dan adiknya tak pernah menduga akan menjadi korban bom hingga hidupnya harus bergantung pada obat. Meski demikian Agus hanya butuh waktu lima hari untuk meyakinkan diri bahwa ia wajib berusaha keras menghapus trauma dan dendam. Tentunya demi bangkit dari keterpurukan. Ia mencoba bangkit bukan karena lukanya telah sembuh, namun demi adiknya yang juga sedang terluka. Bagi Agus, kesembuhan adiknya adalah segalanya. Ia tak ingin adiknya terpuruk dan merasa tak berguna.

Baca juga Perjuangan Pemulihan Psikis Korban Bom Thamrin

Sebelum nahas menghampirinya, Agus adalah sosok yang penuh semangat dan ambisi. Ia terbiasa beraktivitas dengan segudang target dan prestasi. Namun musibah bom sempat membuatnya kehilangan kepercayaan diri. Ia mengalami trauma dan luka fisik yang serius. Ia pernah lari ketakutan ketika harus bertemu orang baru yang membawa koper. Trauma itu membekas. Tak mudah hilang.

Gendang telinganya bolong. Pun mengalami kelainan otot saraf yang membuatnya sering merasa mati rasa, bahkan pingsan secara tiba-tiba saat kelelahan. Hingga hari ini sejumlah perawatan medis tetap harus ia jalani, tapi bukan Agus jika memilih menyerah. “Saya harus mengubur rasa trauma itu, karena adik saya kondisinya juga down. Ia merasa tidak berguna untuk hidup karena harus menanggung rasa sakit. Saya pun sempat berpikir dengan kondisi sakit begini, lama-lama saya akan cepat mati. Tapi saya harus bangkit untuk melawan itu semua,” ujar Agus.

Baca juga Meredam Amarah demi Bumi Damai

Agus merasa memiliki tanggung jawab untuk membuat adik dan keluarganya bangkit dari keterpurukan. Ia tak ingin meratapi nasib dan menyimpan dendam. Berdamai itu lebih baik. Kini ia aktif dalam berbagai kegiatan positif untuk menyembuhkan trauma dan menjalani hari yang lebih baik. “Sebelum saya mengajak adik saya untuk berdamai dengan dirinya sendiri, saya harus berdamai dengan diri saya sendiri. Kini saya dan adik saya sudah bisa berdamai, memaafkan pelaku, dan bergabung dalam tim perdamaian AIDA,” ujar Agus saat menjadi narasumber dalam kegiatan virtual AIDA, Senin (24/08/2020).

Baca juga Memaafkan Membuat Dwiki Mampu Bangkit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *