29/12/2020

Perjumpaan Aktivis Aisyiyah dengan Penyintas Bom Bali

Aliansi Indonesia Damai- Hayati Eka Laksmi, istri dari korban bom Bali 2002, dihadirkan dalam pengajian daring bertajuk “Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya” yang digelar AIDA bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Aisyiyah Banyumas, Rabu (23/12/2020). Istri mendiang Imawan Sardjono ini berbagi kisahnya menghadapi dampak peristiwa yang merenggut belahan jiwanya 18 tahun silam.

Imawan Sardjono meninggalkan Eka, sapaan akrab Hayati Eka Laksmi, untuk selamanya saat usia pernikahan mereka baru berumur 6 tahun. Pada saat kejadian, anak pertama mereka masih berusia 3,5 tahun dan anak kedua baru menginjak usia 2,5 tahun. Tidak mudah bagi Eka menjalani hari-harinya.

Baca juga Aktivis Aisyiyah Pejuang Pendidikan Damai

Ia harus berjuang sendiri membesarkan kedua anaknya yang masih kecil. “Saya merasa terpukul. Saya belum punya pekerjaan. Anak saya masih kecil, dan saya punya tanggungan yang cukup besar. Saya menangis histeris. Saya depresi waktu itu,” ujar Eka.

Walaupun yang dihadapinya tak mudah, Eka tak pernah mau kesedihannya dilihat oleh anaknya. Ia tak ingin terlihat rapuh di hadapan anaknya. Hal itu ia sembunyikan selama bertahun-tahun. Eka terus berusaha menyampaikan pada anaknya agar tak pernah menyimpan dendam atas kepergian ayahnya. Pasalnya sang anak sempat menyimpan amarah kepada para pelaku pengeboman.

Baca juga Peran Aisyiyah dalam Membangun Perdamaian

“Dendam dan kebencian tidak akan mengobati kami untuk bisa hidup, tidak bisa membuat kami survive dan berdiri kembali. Damai dan aman justru membuat tenang dalam kehidupan. Kami mulai menyadari dan  menerima kenapa mereka melakukan itu, kemudian timbul rasa memaafkan,” ujar Eka.

Senasib dengan Eka, salah satu peserta pengajian daring juga mengungkapkan bahwa salah seorang besannya juga menjadi korban ledakan bom Bali. “Saya terus terang bercampur aduk rasa. Sebab saya tak bisa membayangkan, bagaimana perasaan menantu saya, yang bapaknya adalah seorang wartawan, yang jadi korban Bm Bali waktu itu. Astaghfirullah,” ujarnya.

Meski demikian, sebagaimana sikap Eka, ia juga mencoba untuk berbesar hati. “Astaghfirullah, semoga Allah mengampuni dosa para teroris itu,” ujar peserta tersebut. [LADW]

Baca juga Muslim Milenial dalam Pembangunan Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *